Dampak Perang Tarif Trump Menurut Pengamat: Minim untuk Tiongkok

Donald Trump, 29 Januari 2025. (EFE/EPA/SAMUEL CORUM / POOL)

Dampak Perang Tarif Trump Menurut Pengamat: Minim untuk Tiongkok

Riza Aslam Khaeron • 2 February 2025 13:11

Washington DC: Presiden Amerika Serikat Donald Trump resmi memberlakukan tarif perdagangan terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Kebijakan ini menetapkan pajak impor 25 persen untuk Kanada dan Meksiko, serta 10 persen untuk Tiongkok, yang berlaku sejak 1 Februari 2025.

Langkah ini bertujuan untuk menekan mitra dagang AS dalam isu perdagangan, migrasi, dan fentanyl. Namun, analis memperkirakan dampak kebijakan ini akan jauh lebih berat bagi Kanada dan Meksiko dibandingkan Tiongkok, yang perekonomiannya kini lebih mandiri dari perdagangan dengan AS.
 

Kanada dan Meksiko Paling Terpukul

Melansir Council on Foreign Relations (CFR) pada Minggu, 2 Februari 2025, lebih dari 70 persen ekspor Kanada dan Meksiko bergantung pada perdagangan dengan AS. Kanada mengirimkan 80 persen dari minyak mentahnya ke AS, sementara Meksiko mengekspor 80 persen produksi otomotifnya ke negara tersebut.

Dalam laporan yang ditulis oleh Shannon K. O'Neil dan Julia Huesa untuk CFR, disebutkan bahwa "tarif 25 persen dapat memangkas 16 persen dari total PDB Meksiko, mengingat ketergantungan besar negara itu pada ekspor ke AS."

Sementara itu, Kanada juga berisiko mengalami pukulan berat terhadap industri energinya, dengan sekitar 14 persen dari total impor AS yang berasal dari produk Kanada.

Sebaliknya, AS juga akan terdampak dengan kenaikan harga bahan pangan, karena 60 persen impor sayuran dan 50 persen buah dari Meksiko. Dampaknya terhadap industri otomotif juga signifikan, mengingat setengah dari suku cadang mobil yang digunakan di AS berasal dari Kanada dan Meksiko.
 

Tiongkok Kurang Terdampak

Dibandingkan Kanada dan Meksiko, Tiongkok diperkirakan akan mengalami dampak yang lebih kecil. Menurut laporan CFR yang ditulis oleh O'Neil dan Huesa, perdagangan hanya menyumbang 37 persen dari PDB Tiongkok, dibandingkan lebih dari 60 persen pada awal tahun 2000-an. Tiongkok telah mengurangi ketergantungannya pada ekspor dan lebih fokus pada produksi dalam negeri serta perdagangan dengan mitra lain seperti Uni Eropa dan Asia Tenggara.

Sejak tahun 2016, perdagangan AS-Tiongkok telah menurun secara signifikan akibat perang dagang yang berlangsung selama pemerintahan Trump sebelumnya. Tiongkok juga telah mengalihkan banyak ekspornya ke Eropa, Meksiko, dan Vietnam, sehingga dampak tambahan dari tarif 10 persen diperkirakan tidak akan mengganggu stabilitas perekonomian negara itu.

Selain itu, pelemahan nilai tukar yuan juga membantu Tiongkok mengurangi dampak tarif dengan menjaga daya saing harga ekspor. Dalam laporan CFR, disebutkan bahwa “sejak 2016, pangsa perdagangan global Tiongkok meningkat sebesar 4 persen, sementara pangsa perdagangan AS mengalami penurunan.” Faktor ini akan semakin mengurangi dampak tarif tambahan terhadap perekonomian Tiongkok.
 
Baca Juga:
Trump Sebut akan Memberikan Tarif Perdagangan untuk UE
 

Dampak bagi AS: Kenaikan Harga dan Tekanan bagi Sektor Industri

Tarif ini tidak hanya mempengaruhi negara mitra dagang, tetapi juga AS sendiri. Menurut Tax Foundation , tarif baru ini diperkirakan akan meningkatkan pendapatan pajak AS hingga USD 100 miliar per tahun. Namun, hal ini juga akan menaikkan harga konsumsi barang dan membebani sektor industri yang bergantung pada bahan baku impor.

Beberapa sektor di AS yang paling terdampak meliputi otomotif, energi, dan pangan. Kenaikan harga kendaraan akibat mahalnya impor suku cadang dari Kanada dan Meksiko bisa menurunkan daya beli masyarakat. Sementara itu, diumumkannya harga minyak dan gas dari Kanada akan menaikkan biaya produksi energi domestik.

Dengan tarif baru ini, harga kendaraan di AS diperkirakan naik hingga USD 3.000 per unit, sementara harga bensin di Midwest dapat melonjak 50 sen per galon akibat kenaikan biaya impor minyak.

Selain itu, melansir CFR, tarif ini dapat mengurangi total impor AS hingga 15 persen, mengganggu rantai pasokan, dan berpotensi menghilangkan ratusan ribu lapangan kerja. Tarif ini juga diprediksi akan menekan daya beli masyarakat karena beredarnya harga pada berbagai barang kebutuhan sehari-hari.

Di sisi lain, meskipun AS kurang bergantung pada perdagangan dibandingkan negara industri lain seperti Jerman, Jepang, dan Inggris, impor dan ekspor masih menyumbang 25 persen dari PDB AS. Hal ini membuat dampak tarif tetap terasa di berbagai sektor industri.
 

Tindakan Balasan dari Kanada dan Meksiko

Dikutip dari CFR, Minggu, 2 Februari 2025, pemerintahan Presiden Claudia Sheinbaum di Meksiko telah menerapkan penerapan tarif balasan terhadap produk AS untuk melindungi kepentingan nasionalnya. Mengutip Metrotvnews, Minggu, 2 Februari 2025, Sheinbaum menyatakan bahwa langkah ini bukan untuk melakukan konfrontasi tetapi demi mempertahankan kedaulatan ekonomi Meksiko.

Sementara itu, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau juga mengumumkan kebijakan serupa. Dikutip dari CTV, Minggu, 2 Februari 2025, Kanada menerapkan tarif 25 persen terhadap barang-barang AS senilai USD 155 miliar, termasuk barang konsumsi seperti minuman beralkohol, produk pangan, dan otomotif. Trudeau menegaskan bahwa kebijakan ini diperlukan untuk melindungi ekonomi domestik dari dampak kebijakan Trump.

Dalam perang dagang sebelumnya pada tahun 2018, Kanada dan Meksiko membalas tarif AS dengan menerapkan tarif lebih dari USD 15 miliar barang AS, termasuk baja, daging babi, dan produk susu. Jika tindakan serupa kembali diterapkan, industri ekspor AS, termasuk otomotif, energi, dan pertanian, akan terkena pukulan signifikan.

CFR melaporkan bahwa ekspor AS ke Meksiko mencakup 70 persen dari total ekspor New Mexico dan lebih dari USD 20 miliar ekspor Texas dalam bentuk chip, suku cadang mobil, dan peralatan listrik.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(M Rodhi Aulia)