Bagaimana Udang Indonesia Terpapar Radioaktif Cs-137?

Ilustrasi udang. Foto: Istimewa.

Bagaimana Udang Indonesia Terpapar Radioaktif Cs-137?

Atalya Puspa • 14 October 2025 10:54

Jakarta: Indonesia tengah menghadapi tekanan serius setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menemukan adanya kontaminasi radioaktif cesium-137 (Cs-137) pada produk udang asal Tanah Air. Temuan ini bukan hanya mengancam ekspor, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran di dalam negeri terkait keamanan pangan laut. 

Namun, bagaimana zat radioaktif seperti Cs-137 bisa mencemari udang? Pakar teknologi pangan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Lukman Hudi, menjelaskan bahwa kontaminasi radioaktif dapat terjadi ketika bahan pangan terpapar zat radionuklida dari lingkungan yang tercemar.

“Mungkin saja karena aktivitas alam maupun buatan manusia, seperti kebocoran reaktor nuklir, uji senjata nuklir, atau limbah industri,” terang Dr. Hudi, dikutip dari Media Indonesia, Selasa, 14 Oktober 2025.

Praktisi pembudidaya udang dan rumput laut di Sidoarjo itu menyampaikan, zat radioaktif tidak memiliki bentuk, bau, atau rasa. Namun, dapat memancarkan radiasi ionisasi—alfa, beta, atau gamma—yang berbahaya bagi kesehatan manusia bila masuk ke tubuh melalui makanan, air, atau udara.

Cesium-137 adalah hasil fisi nuklir dari uranium atau plutonium di reaktor nuklir. Zat ini memiliki waktu paruh sekitar 30 tahun, yang berarti butuh tiga dekade agar tingkat radioaktifnya berkurang separuh.

Baca juga: 

KKP: Indonesia Tetap Bisa Ekspor Udang ke AS


Dengan sifat kimianya mirip dengan kalium (K), Cs-137 mudah diserap oleh organisme hidup. Radiasi yang dipancarkan berupa partikel beta dan sinar gamma, yang bisa merusak jaringan biologis manusia maupun hewan. 

Hudi menjelaskan, kontaminasi Cs-137 pada udang bisa terjadi melalui rantai ekologi perairan. Prosesnya dimulai saat limbah cair dari fasilitas nuklir, kebocoran reaktor (seperti Fukushima), atau deposisi hujan radioaktif membawa Cs-137 ke laut, sungai, atau tambak.

Zat itu kemudian larut dalam air dan terserap ke dalam partikel sedimen. Fitoplankton dan mikroalga menyerap cesium karena menirukan fungsi ion kalium yang dibutuhkan untuk metabolisme.

Ilustrasi udang. Foto: Istimewa.

Setelah itu, zooplankton dan cacing dasar memakan fitoplankton yang sudah terkontaminasi. Udang—yang hidup di dasar perairan dan memakan detritus dan kemudian ikut menyerap Cs-137 ke dalam jaringan tubuhnya. Proses ini disebut bioakumulasi.

“Ketika ikan atau manusia memakan udang yang sudah terkontaminasi, radionuklida Cs-137 dapat berpindah dan menumpuk di tubuh konsumen berikutnya,” jelas Hudi.

Fenomena ini disebut biomagnifikasi. Di mana konsentrasi zat berbahaya meningkat di setiap tingkat rantai makanan.

Paparan Cs-137 bisa berdampak pada kesehatan manusia, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Begitu masuk ke tubuh, cesium menyebar ke otot dan jaringan lunak karena sifatnya mirip kalium.

Radiasi beta dan gamma dari Cs-137 dapat merusak DNA dan sel tubuh. Hal itu berpotensi memicu mutasi genetik dan kanker. 

“Paparan tinggi bisa menyebabkan gangguan fungsi saraf dan jantung, sedangkan paparan kronis dapat meningkatkan risiko kanker tiroid, hati, atau darah,” tambah ujar Hudi.

Dampak jangka pendek biasanya berupa gejala fisik akut. Sedangkan efek jangka panjang berkaitan dengan perubahan genetik yang sulit terdeteksi segera.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Anggi Tondi)