Anak-anak berdesak-desakan saat berusaha mendapatkan bantuan makanan di Gaza. (Anadolu Agency)
Gaza: Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyerukan pada Jumat, 10 Oktober, agar seluruh jalur masuk bantuan makanan ke Gaza dibuka sepenuhnya, seraya memperingatkan bahwa anak-anak di wilayah yang hancur akibat perang itu kini berada dalam kondisi paling rentan setelah lama kekurangan gizi.
“Situasinya kritis. Ada risiko lonjakan besar kematian anak-anak. Bukan hanya di kalangan bayi, tetapi juga balita, karena sistem kekebalan mereka kini jauh lebih lemah dari sebelumnya,” ujar juru bicara UNICEF, Ricardo Pires.
Dikutip dari Asia One, Sabtu, 11 Oktober 2025, Pires menambahkan bahwa daya tahan tubuh anak-anak menurun karena mereka tidak mendapatkan asupan makanan yang layak dalam kurun waktu yang sangat lama.
Rencana 600 Truk Bantuan Masuk Gaza Setiap Hari
Pasukan Israel mulai menarik diri dari sejumlah wilayah
Gaza pada Jumat, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas dalam fase pertama inisiatif Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang dua tahun terakhir.
PBB berencana meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, di mana beberapa area dilaporkan mengalami kelaparan — dalam 60 hari pertama masa gencatan senjata.
Lembaga koordinasi militer Israel, COGAT, bersama Program Pangan Dunia (WFP), memperkirakan sekitar 600 truk bantuan akan memasuki Gaza setiap hari.
“Dalam pengaturan gencatan senjata ini, akan ada lebih dari 145 titik distribusi masyarakat, hingga 30 toko roti, dan seluruh lokasi gizi kami akan diaktifkan,” kata Ross Smith, Direktur Darurat WFP, kepada Reuters.
WFP berharap dapat memulai peningkatan pengiriman bantuan awal pekan depan, bergantung pada penarikan pasukan Israel agar zona aman kemanusiaan bisa diperluas.
Dalam pernyataannya, COGAT menegaskan bahwa truk bantuan dari PBB, organisasi internasional yang disetujui, sektor swasta, serta negara donor akan diizinkan masuk ke Gaza. Bantuan mencakup makanan, peralatan medis, perlengkapan tempat tinggal, bahan bakar, serta alat untuk memperbaiki pipa air dan sistem limbah.
Dalam pidato televisi, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa pasukan Israel tetap akan berada di Gaza untuk memastikan wilayah itu terdemiliterisasi dan Hamas dilucuti senjatanya pada tahap selanjutnya dari rencana Trump.
WFP menyebut akses ke Gaza utara sangat krusial, dengan sekitar 400.000 orang belum menerima bantuan selama beberapa minggu terakhir. Badan itu juga mendesak agar proses pemeriksaan dan persetujuan konvoi bantuan dipercepat agar truk bisa segera masuk.
Unicef memperkirakan 50.000 anak di Gaza berisiko mengalami gizi buruk akut dan membutuhkan perawatan segera. Organisasi itu juga menargetkan pengiriman satu juta selimut bagi anak-anak di Gaza, serta kursi roda dan tongkat bantu jalan yang sebelumnya terhalang izin masuk.
Peran Lembaga PBB Belum Jelas
Baik Unicef maupun UNRWA (Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina) mengaku belum menerima kejelasan terkait peran mereka selama gencatan senjata berlangsung.
UNRWA, yang dilarang beroperasi di Israel, mendesak otoritas setempat agar mengizinkan 6.000 truk bantuan masuk ke Gaza melalui Yordania dan Mesir — cukup untuk memberi makan seluruh populasi selama tiga bulan.
“Belum ada kemajuan untuk mengirimkan pasokan itu ke Gaza... dan ini sangat penting untuk mencegah penyebaran kelaparan,” ujar Juliette Touma, juru bicara UNRWA.
Sementara itu, CARE International mengonfirmasi bahwa mereka belum menerima izin untuk mengirimkan bantuannya, karena masih menghadapi hambatan administratif seperti yang juga dialami oleh Norwegian Refugee Council.
“Kami masih membutuhkan kejelasan tentang bagaimana kami bisa memasukkan pasokan yang telah terjebak di luar Gaza selama berbulan-bulan,” kata Jolien Veldwijk, Direktur CARE Palestina.
Baca juga:
Gencatan Senjata Gaza, Penyeberangan Rafah Akan Dibuka Selasa Pekan Depan