Jill Stein, calon presiden AS yang pro-Palestina. (Getty Images)
Marcheilla Ariesta • 5 November 2024 22:49
Pennsylvania: Para pemilih Amerika Serikat (AS) memiliki empat pilihan untuk presiden pada surat suara mereka. Banyak yang mengira AS hanya memiliki dua kandidat dalam pemilihan ini, yakni Kamala Harris dan Donald Trump.
Rupanya tidak. Ada Dr. Jill Stein, kandidat presiden AS dari Partai Hijau yang mencalonkan diri untuk ketiga kalinya. Dan dia bisa menjadi alternatif bagi mereka yang tak mau memiliki dua kandidat dari partai besar itu.
Stein dalam kampanyenya mengatakan, ia dan partainya membawa perdamaian. Sebagai aktivis lingkungan, Stein yang merupakan doktor Harvard University ini tentu menyuarakan isu-isu iklim.
Namun, ternyata ia juga dikenal sebagai anti-Israel. Ia menjadi satu-satunya calon presiden AS yang vokal terhadap perang di Palestina.
Stein diketahui menolak kebijakan pemerintahnya yang 'membantu' Israel berperang di Gaza dan wilayah Timur Tengah lainnya.
"Pemerintah kami, kedua partai politik, baik Kamala Harris maupun Donald Trump, berjanji setia pada perang tanpa akhir yang sedang dilakukan oleh (Perdana Menteri Israel) Benjamin 'Bibi' Netanyahu saat ini dan begitu banyak uang pajak kami digunakan untuk mesin perang tanpa akhir ini," kata Stein dalam kampanyenya, dilansir dari CBS News.
Ia mengatakan bahwa isu lingkungan dan perdamaian membedakannya dari Trump dan Harris. Lalu, ada masalah perang di Ukraina dan Palestina. Ia ingin mengakhiri keduanya. Mengenai Ukraina, ia menyalahkan Amerika Serikat karena menempatkan senjata nuklir di NATO di perbatasan Rusia dan memicu reaksi Rusia.
Stein mengatakan bahwa ia adalah satu-satunya kandidat presiden yang bersedia menggunakan sumber daya Amerika untuk mendukung gencatan senjata segera dalam perang Israel terhadap warga Palestina di Gaza.
"Kami akan sangat berbeda," kata Stein.
"Pada dasarnya saya akan mengangkat telepon dan memberi tahu Bibi Netanyahu bahwa kita perlu gencatan senjata sekarang. Faktanya, itulah yang sangat didukung oleh rakyat Amerika karena menyaksikan serangan genosida terhadap rakyat Gaza ini sungguh menghancurkan," tegas dia.
"Kami menyediakan perlindungan diplomatik. Sudah saatnya ini berakhir. Jika ini tidak berakhir, jika Anda tidak mematuhi hukum internasional di sini, kami akan menahan semua bantuan sampai Anda melakukannya," tutur Stein.
Secara politis, beberapa orang menyebut Stein sebagai pengacau, mengambil suara dari Kamala Harris, sehingga memungkinkan Donald Trump memenangkan pemilu tahun ini seperti yang dilakukannya pada 2016.
Baca juga: Harris dan Trump Miliki Peluang yang Hampir Sama untuk Menang