Kondisi kehancuran akibat serangan Israel di Gaza. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 2 December 2024 21:18
Tel Aviv: Mantan Menteri Pertahanan Israel, Moshe Ya'alon, tetap pada pernyataannya bahwa pasukan Israel telah melakukan kejahatan perang terhadap warga Palestina di Gaza.
Ya'alon mendapat gelombang kritik di Israel pada Sabtu kemarin setelah mengatakan bahwa pasukan Israel sedang menjalankan kampanye pembersihan etnis di Gaza utara.
"Tidak ada Beit Lahia, tidak ada Beit Hanoun. Mereka beroperasi di Jabalia dan pada dasarnya membersihkan wilayah itu dari orang Arab," kata Ya'alon dalam wawancara dengan Democrat TV, merujuk pada operasi pasukan Israel.
“Jalan yang kita lalui adalah pendudukan, aneksasi, dan pembersihan etnis di Jalur Gaza - pemindahan penduduk, sebutlah apa pun, dan permukiman Yahudi,” tambahnya, mengutip dari Middle East Eye, Senin, 2 Desember 2024.
Pernyataan Ya'alon memicu kritik dari menteri-menteri Israel saat ini maupun mantan pejabatnya.
Menteri Luar Negeri Gideon Sa'ar menyebut tuduhan Ya'alon "ceroboh dan tidak bertanggung jawab", dan mendesak mantan panglima militer itu untuk "menenangkan diri".
Mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, yang mengawasi perang di Gaza , juga mengkritik Ya'alon.
Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
“Perkataan Ya'alon adalah kebohongan yang membantu musuh kita dan merugikan Israel,” tulis Gallant di platform media sosial X.
“Saya sarankan Ya'alon mempelajari fakta-faktanya, menarik kembali pernyataannya, dan meminta maaf kepada para pejuang IDF (tentara Israel).”
Menanggapi reaksi keras pada hari Minggu, Ya'alon mengatakan dia tidak akan mencabut pernyataannya. Ia mengatakan, klaim tersebut ia buat berdasarkan informasi dari komandan di lapangan.
Ya’alon menegaskan kembali bahwa pasukan Israel melakukan kejahatan perang di Gaza.
Sejak serangan yang sedang berlangsung di Gaza utara dimulai hampir dua bulan lalu, pasukan Israel telah dituduh melakukan pembunuhan massal, menghalangi bantuan dan mencegah tim medis beroperasi.
Militer Israel mengatakan pihaknya berupaya mencegah Hamas berkumpul kembali di Gaza utara.
Namun, para ahli hak asasi manusia menuduh Israel berupaya melakukan pembersihan etnis di wilayah Palestina, mungkin sebagai bagian dari rencana untuk akhirnya mendeklarasikan Gaza utara sebagai zona militer tertutup.
Pasukan Israel telah menewaskan hampir 45.000 warga Palestina dalam 14 bulan perang di Gaza, dengan 10.000 lainnya hilang dan diduga tewas di bawah reruntuhan. Hampir 70 persen korban adalah anak-anak dan perempuan, menurut data PBB. (Antariska)
Baca juga: Selama Akhir Pekan, 200 Warga Gaza Tewas Akibat Serangan Israel