Ilustrasi. Foto: Unplash
Annisa Ayu Artanti • 5 December 2024 10:51
Jakarta: Harga minyak naik tipis pada Rabu, melanjutkan kenaikan tajam pada sesi sebelumnya di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik serta tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja AS.
Melansir Investing.com, Kamis, 5 Desember 2024, pada pukul 09.00 WIB (14.00 GMT), minyak berjangka Brent naik 0,5 persen menjadi USD74,01 per barel dan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 0,5 pesen menjadi USD70,32 per barel.
Kedua kontrak tersebut melonjak lebih dari dua persen pada perdagangan Selasa.
Ketegangan Israel-Lebanon
Harga minyak terdorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah setelah Israel mengancam akan menyerang negara Lebanon jika gencatan senjata dengan Hizbullah gagal.
Ancaman ini muncul ketika Israel dan Hizbullah melancarkan serangan satu sama lain meskipun telah menyetujui gencatan senjata yang ditengahi oleh Amerika Serikat minggu lalu.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengancam akan meminta pertanggungjawaban Lebanon jika tidak melucuti Hizbullah.
Pertumbuhan gaji swasta AS melambat
Pertumbuhan gaji swasta AS melambat di bulan November, meningkatkan harapan akan adanya penurunan suku bunga lagi oleh Federal Reserve di akhir bulan ini.
Hal itu jug dapat meningkatkan aktivitas ekonomi di negara konsumen energi terbesar di dunia.
Payrolls swasta naik 146 ribu pekerjaan bulan lalu, setelah naik 184 ribu yang direvisi turun di Oktober, Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan pada hari Rabu.
Para ekonom telah memperkirakan lapangan kerja swasta meningkat sebanyak 166 ribu posisi setelah sebelumnya dilaporkan naik sebanyak 233 ribu di Oktober.
Pasar keuangan memperkirakan sekitar 70 persen kemungkinan penurunan suku bunga sebesar seperempat poin persentase oleh Federal Reserve bulan ini, yang akan membawa suku bunga kebijakan ke kisaran 4,25-4,50 persen.
Ilustrasi. Foto: ICDX
Pertemuan OPEC+ ditunggu untuk isyarat pasokan
Selain itu, fokus pasar juga tertuju pada pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) pada hari Kamis, di mana kartel ini secara luas diperkirakan akan menunda lebih lanjut rencana untuk meningkatkan produksi.
OPEC+ terus memangkas proyeksi permintaan minyak pada 2024 dan 2025. Itu berdasarkan kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan di importir terbesar, yaitu Tiongkok.