Ilustrasi biji kopi. Foto: Medcom.id/Rizkie Fauzian.
Ade Hapsari Lestarini • 20 December 2024 19:34
Jakarta: Kopi adalah anugerah alam untuk manusia. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki anugerah tersebut. Indonesia adalah negara terbesar ke 4 penghasil kopi dunia dengan 96,1 persen dihasilkan oleh perkebunan rakyat.
Produksi kopi di Indonesia pada 2023 mencapai 789 ribu ton. Hasil produksi kopi ini dikonsumsi oleh 41 persen permintaan domestik dan 59 persen permintaan luar negeri. Tentu hal ini menunjukkan kopi merupakan salah satu industri yang berkontribusi bagi negara. Namun demikian, dalam industri kopi nasional, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi industri kopi nasional. Tantangan tersebut antara lain:
- Produktivitas rendah (0,8 ton/ha) biji kering, sementara negara penghasil kopi lainnya seperti Brasil dapat mencapai dua ton/ha.
- Kurangnya akses teknologi dan kapasitas SDM terampil.
- Sulitnya akses permodalan.
- Serangan hama dan cuaca.
- Kurangnya kualitas produk dan nilai tambah akibat tidak melakukan praktik pengolahan standar dan keterbatasan alat pengolahan.
Oleh karena itu BNI menginisiasi suatu program yang dapat berkontribusi menjawab tantangan dalam industri kopi di atas melalui program BNI Jejak Kopi Khatulistiwa
(BNI JKK). Program BNI JKK merupakan Inisiasi program berlatar belakang perhutanan sosial berupa pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pembentukan ekosistem pembiayaan ekonomi hijau untuk UMKM kopi (petani, pengumpul dan
stakeholder lain) baik di area perhutanan sosial maupun area potensi kopi nasional dengan membentuk
close loop financial ecosystem. Dalam program ini BNI menawarkan tiga solusi yaitu:
- Solusi keuangan BNI dan digitalisasi: BNI memberikan solusi mulai dari permodalan usaha pertanian kopi serta digitalisasi proses pembiayaan.
- Pembinaan: BNI bekerja sama dengan stakeholder terkait memberikan pembinaan on farm maupun off farm.
- Grading: BNI bekerja sama dengan stakeholder terkait memberikan fasilitas grading pada ekosistem kopi binaan.
Program BNI JKK telah berjalan sejak 2022 hingga saat ini. Program ini telah eksis di lima wilayah penghasil kopi nasional yaitu Kab. Humbang Hasundutan (Prov. Sumatra Utara), Kab. Rejang Lebong (Prov. Sumatra Selatan), Kab. Garut (Prov. Jawa Barat), Kab. Temanggung (Prov. Jawa Tengah), dan Kab. Jember (Prov. Jawa Timur). Untuk dapat mendukung industri kopi nasional, BNI bersinergi dengan Project Management Office (PMO) Kopi & Kakao Nusantara Kementerian BUMN.
Project Management Office ini merupakan inisiasi dari KBUMN untuk membentuk sinergi antar BUMN mendukung industri kopi nasional. BNI ikut terlibat di dalamnya sebagai perbankan yang menyediakan solusi-solusi keuangan bagi petani dan pengusaha kopi nasional. Salah satu ekosistem binaan BNI JKK sinergi dengan PMO Kopi & Kakao Nusantara berada di Kab. Temanggung yaitu Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wanaasri.
Mengoptimalisasi ekosistem kopi Temanggung
LMDH Wanaasri merupakan kelompok petani kopi di Kab. Temanggung yang membudidayakan kopi di lahan milik Perhutani. Kelompok ini telah melakukan budi daya sejak 1970 secara turun-temurun dan pada 2007 telah memperoleh SK pengolahan lahan. Saat ini kelompok LMDH Wanaasri telah beranggotakan 473 petani dan terus berkembang sampai saat ini. Namun demikian, kelompok ini juga menghadapi berbagai tantangan antara lain produktivitas rendah dengan rata-rata 0,6 ton/ha biji kering. Hal ini diakibatkan kurangnya pengetahuan petani akan cara budi daya kopi yang benar. Kemudian petani kopi harus menyewa alat pengolahan kopi untuk mengolah kopi sampai ke biji roast dan bubuk karena tidak punya alat.
Atas permasalahan tersebut BNI menginisiasi kegiatan 'Optimalisasi Ekosistem Kopi Temanggung-Sinergi BNI Jejak Kopi Khatulistiwa dan PMO Kopi & Kakao Nusantara'. Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 19 Desember 2024 di Desa Kertosari, Kec. Jumo, Kab. Temanggung, Jawa Tengah. Pada kegiatan ini BNI melakukan pemberian seperangkat alat pengolahan kopi yaitu mesin pulper, huller, roaster, grinder dan peralatan pendukung lain. Sosialisasi solusi pertanian ekosistem Kopi Temanggung yaitu solusi produk keuangan BNI dan sosialisasi tata cara budi daya yang baik sesuai dengan Good Agricultural Practices oleh Puslitkoka.
"Ekosistem kopi Temanggung adalah salah satu ekosistem yang kita inisiasi bersama. Sejak 2023 hingga saat ini ekosistem Kopi Temanggung terus berkembang. Namun kita akan terus mengembangkan Kopi Temanggung menjadi produk lokal yang akan terus berkembang hingga ke pasar dunia. Karena dari semua produsen kopi yang ada di Indonesia 96 persen itu adalah hasil produksi petani. Jadi petaninya yang harus naik kelas," ujar Perwakilan Ketua PMO Kopi & Kakao Nusantara, Deslaknyo Wisnu Hanjagi, dalam keterangan tertulis, Jumat, 20 Desember 2024.
Regional CEO BNI Wilayah Yogyakarta, Ariyanto Soewondo Geni juga menjelaskan peranan BNI dalam mengembangkan ekosistem kopi nasional termasuk ekosistem Kopi Temanggung. Menurut dia, kopi Temanggung merupakan salah satu komoditas utama Kab. Temanggung selain tembakau. Komoditas ini terbukti menyangga perekonomian masyarakat, terutama masyarakat desa hutan.
"BNI memberikan kontribusi nyata berupa pemberian alat dan solusi keuangan. Kontribusi BNI tidak hanya sampai acara ini saja, tapi kita punya konsep ekosistem mulai dari pendampingan, penguatan, permodalan dengan produk BNI seperti KUR dan BWU hingga menuju orientasi ekspor dengan produk Xpora. Kita membantu petani kopi Temanggung untuk memiliki nilai tambah dan lebih optimal," jelas Ariyanto Soewondo Geni.
Perwakilan Bupati Temanggung, Esti, mengapresiasi BNI yang telah melaksanakan kegiatan ini. Dia mengatakan, peran BNI dan PMO Kopi & Kakao Nusantara dalam mengembangkan komoditas kopi Temanggung. Pemberian alat dan sosialisasi yang diberikan kepada Kopi Temanggung tentu akan berdampak besar kepada produktivitas kopi Temanggung yang nantinya akan berdampak juga pada kesejahteraan petani Masyarakat Temanggung.
"Pemerintah Kabupaten Temanggung siap mendukung kegiatan ini dan inisiasi berikutnya untuk membawa Kopi Temanggung lebih optimal," kata dia.