Ekonomi dunia. Foto: Unsplash.
Washington: Negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik bertumbuh lebih cepat daripada kawasan lain di dunia tetapi lebih lambat daripada sebelum pandemi.
Bank Dunia dalam tinjauan ekonomi semi-tahunan untuk kawasan tersebut menuturkan, meskipun pemulihan perdagangan global dan pelonggaran kondisi keuangan diperkirakan akan mendukung ekonomi kawasan ini, meningkatnya proteksionisme dan ketidakpastian kebijakan akan meredam pertumbuhan.
Menurut Laporan Perkembangan Terkini Ekonomi Asia Timur dan Pasifik edisi April 2024 oleh Bank Dunia, pertumbuhan regional diproyeksikan akan melambat menjadi 4,5 persen pada 2024 dari 5,1 persen tahun lalu. Sementara tu, pertumbuhan di negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik, kecuali Tiongkok, diproyeksikan akan meningkat menjadi 4,6 persen tahun ini, naik dari 4,4 persen pada 2023.
Pertumbuhan di Tiongkok diperkirakan akan mengalami moderasi menjadi 4,5 persen dari 5,2 persen pada 2023, akibat tingginya utang, lemahnya sektor properti, dan friksi perdagangan yang membebani ekonomi.
Di antara negara-negara Kepulauan Pasifik, pertumbuhan diproyeksikan akan turun menjadi 3,6 persen pada 2024 dari 5,6 persen tahun lalu, seiring meredanya pertumbuhan kembali ekonomi pascapandemi. Perlambatan tersebut sebagian mencerminkan normalisasi pertumbuhan di Fiji menjadi 3,5 persen pada 2024 dari delapan persen pada tahun lalu.
"Kawasan Asia Timur dan Pasifik memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan ketika menghadapi lingkungan global yang lebih menantang dan tidak pasti, populasi yang menua, dan dampak perubahan iklim," ujar Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Manuela V. Ferro dalam keterangan resmi, Senin, 1 April 2024.
Dia mengatakan, negara-negara di kawasan ini dapat mempertahankan momentum pertumbuhan mereka dengan mempercepat dibukanya lebih banyak kegiatan untuk investasi sektor swasta, mengatasi tantangan sektor keuangan, dan meningkatkan produktivitas.
Prospek tersebut bergantung kepada berbagai risiko yang tidak diinginkan, termasuk perlambatan ekonomi global yang lebih besar dari yang diperkirakan, tingkat suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama di negara-negara besar, peningkatan ketidakpastian di seluruh dunia tentang kebijakan ekonomi, dan semakin intensifnya ketegangan geopolitik.
Pertumbuhan produktivitas tertinggal
Bagian Fokus Khusus dari laporan tersebut menyajikan bukti-bukti pertumbuhan produktivitas di kalangan perusahaan terkemuka di kawasan ini tertinggal dari perusahaan-perusahaan terkemuka dunia.
Kesenjangan terutama mencolok di sektor intensif digital. Karena teknologi baru kebanyakan pada awalnya mendapat perhatian kalangan perusahaan-perusahaan terkemuka dan kemudian baru merambah ke perusahaan lain, tren ini menimbulkan kekhawatiran di seluruh spektrum bisnis.
Hal-hal yang menghambat persaingan, keterampilan tenaga kerja yang tidak merata, dan manajemen yang lemah turut berkontribusi terhadap pertumbuhan produktivitas yang tertinggal di kalangan perusahaan. Mendorong tingkat persaingan yang lebih tinggi pada sektor barang dan jasa serta meningkatkan sumber daya manusia, melalui investasi dalam tenaga pendidik dan pendidikan tinggi, dapat membantu meningkatkan produktivitas.
“Meskipun pertumbuhan pendapatan per kapita di kawasan Asia Timur dan Pasifik telah melampaui sebagian besar negara berkembang lain dalam beberapa dekade terakhir, pertumbuhan tersebut lebih didorong oleh investasi ketimbang peningkatan produktivitas,” kata Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo.
Dia menuturkan tindakan kebijakan yang berani untuk semakin menggiatkan persaingan, meningkatkan infrastruktur, dan mereformasi pendidikan dapat merevitalisasi perekonomian kawasan ini.