Pemilu 2024 Belum Memberi Berkah ke UMKM Konveksi dan Sablon

Ilustrasi, pekerja tengah menyablon kaus bergambar pasangan capres di salah satu pengusaha sablon. Foto: MI/Usman Iskandar.

Pemilu 2024 Belum Memberi Berkah ke UMKM Konveksi dan Sablon

Media Indonesia • 8 January 2024 17:37

Jakarta: Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menilai para pelaku UMKM terutama di bidang konveksi dan sablon yang memproduksi atau menjual alat peraga kampanye seperti baliho, kaos, kemeja, topi, dan lain-lain belum mendapat berkah dari pelaksanaan kampanye yang sudah dimulai sejak akhir tahun lalu.
 
"Pada umumnya pada masa kampanye pemilu periode sebelumnya terjadi peningkatan omzet penjualan atas peraga kampanye yang signifikan, namun agak berbeda situasinya dengan masa kampanye saat ini," kata Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop UKM Yulius di Jakarta, Senin, 8 Januari 2024.
 
Berdasarkan catatan Yulius di lapangan, Pemilu 2024 belum memberikan dampak yang signifikan bagi sebagian besar pelaku UMKM. Utamanya pada bidang usaha konveksi dan sablon yang memproduksi dan menjual produk atas alat peraga kampanye.
 
Kemenkop UKM, lanjut Yulis, juga telah terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui gambaran umum kondisi terkini pelaku UMKM di lapangan terkait penjual produk. Telah dilakukan observasi lapangan ke beberapa pelaku UMKM di area Pasar Jaya Tanah Abang dan Pasar Jaya Senen.
 
"Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 orang, pelaku UMKM diperoleh informasi penjualan produk untuk kampanye periode Pemilu 2019 dirasakan lebih baik dibandingkan pemilu tahun ini, meskipun ada permintaan tidak seramai dan tidak sebanyak pemilu sebelumnya. Dinilai terdapat penurunan penjualan produk untuk kampanye ini secara drastis sampai 40 persen sampai 90 persen," terang dia.

Baca juga: Cuan saat Pemilu">Upaya Kemenkop Dorong UMKM Konveksi dan Sablon Raup Cuan saat Pemilu
 

Disebabkan beberapa faktor

 
Kemungkinan penjualan tersebut menurun disebabkan beberapa faktor, terang Yulius, antara lain partai peserta pemilu sudah memesan produk untuk kampanye melalui usaha mikro dari partai tersebut, jangka waktu pemilu yang hanya dua setengah bulan, hingga harga penjualan produk untuk kampanye secara online yang lebih murah.
 
"Jadi ada yang kaos yang harganya sampai Rp8.000. Nah itu sangat menghancurkan UMKM kita," ucap Yulius.
 
Kemudian, faktor lain penurunan tersebut adalah adanya tren kampanye yang dilakukan secara online dimana peserta pemilu mengalokasikan dananya untuk memanfaatkan media sosial, buzzer, dan influencer.
 
Di kesempatan yang sama, Ketua Indonesia Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB) Nandi Herdiaman mengakui pihaknya pada periode kampanye pemilu tahun ini baru menerima orderan yang menurun dibanding dengan periode pemilu sebelumnya.
 
"Jadi dulu itu sebelum ada kampanye kita sudah kebanjiran, dulu itu jutaan ada yang Rp15 juta, itu dari partai ya, bukan dari caleg. Nah sekarang yang terjadi itu yang jutaan itu enggak ada, ada juga kemarin yang dapat dari anggota kami itu cuma Rp2 juta dari salah satu partai," tutur dia.
 
(NAUFAL ZUHDI)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)