Ilustrasi. Foto: Freepik
Jakarta: Harga minyak ditutup lebih rendah pada hari Kamis, karena kekhawatiran atas pasokan yang melebihi permintaan masih berlanjut, sehari setelah kenaikan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah AS.
Namun penurunan harga tetap terkendali oleh tanda-tanda pendinginan inflasi AS.
Melansir Investing.com, Jumat, 14 Juni 2024, pada pukul 14:30 WIB (18:30 GMT), minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 0,2 persen menjadi USD78,62 per barel dan minyak berjangka Brent turun 0,4 persen menjadi USD82,27 per barel.
Data PPI yang lemah menahan penurunan harga
Data yang dirilis Kamis sebelumnya menunjukkan bahwa harga produsen AS secara tidak terduga turun pada Mei, dengan indeks harga produsen turun 0,2 persen bulan lalu setelah naik 0,5 persen pada April.
Dalam 12 bulan hingga Mei, PPI meningkat 2,2 persen setelah naik 2,3 persen di bulan April.
Hal ini menyusul data yang dirilis pada Rabu, yang menunjukkan harga konsumen tidak berubah di Mei untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun.
Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga acuan overnight di kisaran 5,25-5,50 persen pada Rabu, dengan para pejabat Fed memangkas prediksi jumlah pemangkasan sebesar 25 basis poin tahun ini menjadi satu kali.
Penurunan suku bunga kemungkinan akan menstimulasi aktivitas ekonomi di AS, mendorong permintaan minyak mentah di negara konsumen terbesar di dunia ini.
Kekhawatiran surplus pasokan meningkat
Para analis di Citi memperingatkan harga minyak Brent dapat jatuh di bawah USD60 per barel tahun depan, tertekan oleh surplus supply yang substansial di tengah peningkatan produksi di Amerika Utara, Brasil, dan Guyana.
Prospek bearish ini muncul sehari setelah data pemerintah AS pada Rabu menunjukkan persediaan minyak AS secara tak terduga meningkat pada minggu pertama Juni. Peningkatan volume sebesar 3,7 juta barel.
Peningkatan besar dalam stok distilat dan bensin juga meningkatkan kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar tidak meningkat seiring musim panas seperti yang diharapkan.