M Sholahadhin Azhar • 13 June 2024 15:45
Jakarta: Aksi solidaritas terkait Palestina ditegaskan fokus menyuarakan kemerdekaan rakyat Palestina dari agresi Israel. Dalam aksi yang semakin rutin dilakukan berbagai kalangan itu, minim ajakan untuk memboikot produk tersentu.
Hal tersebut ditegaskan oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), Verrel Uziel. Sebagai pihak yang kerap melakukan aksi, Verrel menegaskan tak pernah menyerukan boikot.
"Jadi, tidak ada seruan boikot sama sekali dalam aksi tersebut. Saya tidak mendengar ada seruan boikot. Bagi BEM UI sendiri, jelas aksi ini adalah bentuk solidaritas bagi saudara kita di Palestina dan mahasiswa di AS yang direpresif karena menyuarakan hal yang sama tentang Palestina,” kata Verrel dalam keterangan yang dikutip Kamis, 13 Juni 2024.
Menurut dia, aksi tersebut didasari konsistusi yakni Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Dalam pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia menghendaki kemerdekaan segala bangsa. Verrel menyebut hal itu relevan dengan aksi solidaritas membela Palestina,
Verrel menegaskan, dorongan untuk menyarakan kemerdekaan Palestina harus terus dilakukan. Paling tidak, sampai Israel menghentikan agresinya ke Palestina.
“Karena, jika kita mendiamkan diri atau diam terhadap perilaku perbuatan kejahatan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina, itu sama saja kita juga ikut andil dalam kejahatan yang dilakukan oleh Zionis Israel. Maka dari itu, kami memilih bersuara untuk menyuarakan kebenaran dalam mendukung saudara-saudara kita yang ada di Palestina,” katanya.
Dalam setiap aksi damai, mayoritas peserta tak menyuarakan aksi boikot. Sebaliknya, banyak dari mereka memanfaatkan berbagai produk untuk mendukung kelancaran aksi damai mendorong kemerdekaan Palestina, seperti air minum dari Danone Indonesia.
Salah satu peserta, Misbakhudin, beranggapan mendukung kemerdekaan Palestina dapat dilakukan dengan cara yang lebih baik. Cara seperti berdoa bersama dan memberikan bantuan kemanusiaan dianggap lebih konkret.
“Kalau kita ikut-ikutan dengan memboikot produk-produk itu, sama saja kan kalau kita malah membuat penderitaan baru juga bagi saudara-saudara kita sendiri. Para pekerja akan kehilangan pekerjaan yang mungkin mereka-mereka itu menjadi tulang punggung di keluarganya,” tuturnya.