Australia. Foto: Unsplash.
Sydney: Bank Sentral Australia mengatakan kebijakan moneter yang bersifat restriktif dengan tingkat suku bunga saat ini menyebabkan kesulitan finansial bagi banyak rumah tangga. Namun bank sentral tidak dapat mengesampingkan pengetatan lebih lanjut jika diperlukan untuk mengendalikan inflasi.
Asisten Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA) Christopher Kent mengatakan suku bunga sebesar 4,35 persen berkontribusi terhadap pertumbuhan permintaan yang lebih lambat dan inflasi yang lebih rendah.
"Kami tahu banyak orang merasakan kesulitan keuangan mereka karena suku bunga yang lebih tinggi,” kata Kent, seraya mencatat pembayaran hipotek telah meningkat hingga mencapai rekor 10 persen dari pendapatan rumah tangga yang siap dibelanjakan, sebagaimana dilansir
Business Times, Rabu, 26 Juni 2024.
Kent mengatakan tingkat suku bunga jelas berada di atas perkiraan tingkat netral, yang tidak menstimulasi atau menghambat pertumbuhan ekonomi. RBA telah menaikkan suku bunga sebesar 425 basis poin sejak Mei 2022, namun tetap stabil selama lima pertemuan berturut-turut dengan inflasi mencapai 3,6 persen atau jauh di atas kisaran targetnya sebesar 2-3 persen.
Peluang penurunan suku bunga mengecil
Gubernur RBA Michele Bullock mengatakan kebijakan restriktif adalah salah satu alasan para pengambil kebijakan enggan menaikkan suku bunga lebih lanjut pada pertemuan kebijakan Juni.
Pelaku pasar hanya melihat peluang kecil untuk penurunan suku bunga hingga April tahun depan, dan hanya 43 basis poin pelonggaran yang sudah diperkirakan pada akhir 2025. Kent menegaskan bank sentral tidak terburu-buru melakukan pelonggaran.
"Meskipun data ekonomi baru-baru ini beragam, hal ini memperkuat perlunya tetap waspada terhadap risiko kenaikan inflasi,” tegas dia.