Truk bantuan kemanusiaan kesulitan memasuki Jalur Gaza di tengah pembatasan akses oleh Israel. (EPA)
Willy Haryono • 16 June 2024 10:12
Gaza: Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan lebih dari 50.000 anak di Jalur Gaza memerlukan perawatan medis segera akibat mengalami kekurangan gizi atau malnutrisi akut.
Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu kemarin, UNRWA mencatat bahwa "dengan pembatasan akses kemanusiaan yang terus berlanjut, orang-orang di Gaza terus menghadapi tingkat kelaparan parah."
"Tim UNRWA bekerja tanpa lelah untuk menjangkau keluarga-keluarga dengan bantuan, tetapi situasinya sangat buruk," ujar badan PBB tersebut, mengutip dari laman Al Jazeera, Minggu, 16 Juni 2024.
Sementara itu, juru bicara UNICEF James Elder menggambarkan betapa sulitnya mengirimkan serta mendistribusikan bantuan kemanusiaan ke seluruh Gaza. "Lebih banyak pekerja bantuan yang tewas dalam perang ini daripada perang mana pun sejak PBB berdiri," katanya kepada Al Jazeera.
Rabu lalu, UNICEF memiliki misi untuk mengendarai truk penuh pasokan nutrisi dan medis untuk 10.000 anak di Gaza, kata Elder. Tugas mereka adalah mengirimkan bantuan, yang telah disetujui sebelumnya oleh otoritas Israel, dari Deir el-Balah ke Kota Gaza, dalam rute sejauh 40 kilometer.
"Butuh waktu 13 jam, dan kami menghabiskan delapan jam di sekitar pos pemeriksaan, berdebat tentang dokumen - 'apakah itu truk atau van'," katanya.
"Kenyataannya adalah, truk kami ditolak aksesnya. Sebanyak 10.000 anak tidak mendapatkan bantuan itu. Israel sebagai kekuatan pendudukan memiliki tanggung jawab hukum untuk memfasilitasi bantuan tersebut," tegas Elder.
Salah satu jalur penyeberangan darat utama di Rafah telah ditutup sejak pasukan Israel merebut wilayah tersebut awal bulan lalu. Langkah tersebut telah meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya kelaparan di Gaza selatan dan tengah.
Wakil Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia PBB (WFP) Carl Skau telah menghabiskan waktu dua hari untuk menilai seberapa parah penderitaan warga Palestina, dengan mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi mereka "tidak seperti yang pernah saya lihat sebelumnya."
"Situasi di Gaza selatan memburuk dengan cepat. Satu juta orang di Gaza selatan terjebak tanpa air bersih atau sanitasi di daerah yang sangat padat di sepanjang pantai di tengah teriknya musim panas. Kami berkendara melewati sungai-sungai limbah," sebut Skau.
Baca juga: Lebih dari 810.000 Orang Mengungsi dari Rafah, UNRWA: Tidak Ada Zona Aman