pertanian. Foto: MI.
Jakarta: Pengamat Pertanian, Syaiful Bahari menyebut salah satu faktor utama harga pangan yang masih tetap tinggi adalah karena faktor penurunan produksi pangan.
"Bisa dilihat sejak 2023 pertumbuhan PDB di sektor pertanian, khususnya pangan minus. Bahkan di 2024 ini angka pertumbuhan negatifnya makin besar yakni 24,75 persen. Potret ini menunjukkan kalau pertanian pangan kita lagi tidak baik-baik saja," kata Syaiful, dilansir
Media Indonesia, Senin, 24 Juni 2024.
Ditambah lagi dengan biaya produksi pertanian semakin mahal, dari mulai pupuk, obat-obatan, bibit, dan tenaga kerja serta sudah dua tahun belakangan yang terjadi anomali iklim yang berdampak kepada gagal panen dan hama penyakit. Hal tersebut dinilai juga menambah bukti bahwa kondisi pertanian yang tidak baik.
"Akhirnya banyak petani yang berhenti dan menunda bercocok tanam. Akibatnya banyak tanah-tanah pertanian produktif ditelantarkan karena petani tidak mau menanggung risiko, sementara harga jual tidak bergerak naik," ungkap dia.
Dengan situasi seperti itu, Syaiful menegaskan bahwa kondisi makro dan mikro sektor pangan Indonesia sudah semakin parah. Sementara, sampai saat ini tidak ada political will dari pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan produktifitas pertanian pangan dalam negeri.
"Bahkan menjadi ironis di tengah sektor pertanian pangan sedang terpuruk, anggaran yang diberikan APBN 2025 justru dipangkas hanya tinggal Rp8 triliun. Realisasi pupuk subsidi saja tahun ini tidak sampai 30 persen. Jadi bisa apa dengan anggaran yang sangat minim tersebut untuk menggenjot sektor produksi pangan?," jelas dia.
Kondisi pangan tersedia cukup baik
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi bersama Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono blusukan di Pasar Nambangan untuk memastikan kondisi pangan pokok tersedia cukup baik ditambah dengan harga yang baik.
“Beras dalam harga yang sangat baik, tidak lebih dari Rp15 ribu per kilogram (kg) untuk premium. Lalu beras medium di bawah Rp12.500 per kg, ada yang Rp12.100 per kg, ada yang Rp12.200 per kg. Kemudian bawang putih harganya Rp42.000 per kg, tapi itu yang kating. Maksudnya kualitasnya di atas. Lalu satu lagi, bawang putih yang biasa harganya di bawah Rp40 ribu per kg,” jelas Arief pada Sabtu, 22 Juni 2024.
Kemudian untuk harga komoditas pangan lainnya yang terpantau di Pasar Nambangan adalah harga bawang merah di Rp35 ribu per kg yang disuplai langsung dari Nganjuk. Kemudian minyak goreng berada di harga Rp15 ribu per liter.
"Namun untuk MinyaKita menjadi catatan kita bersama. Nanti akan saya sampaikan kepada Kementerian Perdagangan, karena ini wilayahnya di Kementerian Perdagangan. Nanti Pak Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas akan membantu,” sambungnya.
Di kesempatan yang sama, Pj Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono turut mengamini pangan pokok strategis berada dalam kondisi yang normal.
“Biasanya sambil ke pasar, pasti sambil mengecek harga dan alhamdulillah hampir seluruh harga bahan pokok penting yang ada di Pasar Nambangan ini normal. Dari sekian toko ini memang di Jawa Timur semuanya stabil, kecuali cabai merah, dan ini menjadi concern kami,” terang Adhy.