Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Foto: EFE-EPA
Fajar Nugraha • 10 December 2024 13:56
Kyiv: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Senin 9 Desember 2024 mengemukakan argumen untuk penyelesaian diplomatik terhadap perang Rusia di Ukraina. Dirinya pun mengajukan ide penempatan pasukan asing di negaranya hingga Ukraina bisa bergabung dengan aliansi militer NATO.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers bersama pemimpin oposisi Jerman, Friedrich Merz, dan menjadi yang terbaru yang menunjukkan keterbukaan Kyiv terhadap negosiasi perang, dengan Donald Trump yang bersiap kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari.
Presiden terpilih AS, yang mengatakan ingin mengakhiri perang dengan cepat, pada hari Minggu menyerukan gencatan senjata segera dan negosiasi untuk mengakhiri "kegilaan", setelah bertemu dengan Zelensky dan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk pembicaraan di Paris.
"Ukraina ingin perang ini berakhir lebih dari siapa pun. Tidak diragukan lagi, penyelesaian diplomatik akan menyelamatkan lebih banyak nyawa. Kami menginginkannya," kata Zelenskyy kepada wartawan di Kyiv pada Senin.
Juru bicara Zelensky, Serhiy Nikiforov, kemudian mengatakan bahwa Kyiv sedang mempersiapkan pertemuan pada bulan Desember dengan mitra-mitra Eropa kunci yang bersama dengan AS "mampu memastikan penguatan maksimal negara kami."
Tujuannya adalah untuk mengembangkan posisi bersama yang kuat baik dalam negosiasi maupun di medan perang, tambahnya.
Zelensky mengatakan bahwa ia telah membahas "pembekuan" garis pertahanan dalam perang tersebut ketika ia bertemu Macron dan Trump. Rusia menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina setelah melancarkan invasi tahun 2022 yang memicu konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Zelensky mengatakan bahwa ia memberitahukan kedua pemimpin tersebut bahwa ia tidak percaya Putin benar-benar ingin mengakhiri perang dan bahwa Presiden Rusia itu harus dipaksa untuk membuat perdamaian.
"Anda hanya dapat menekan jika Ukraina kuat. Ukraina yang kuat sebelum diplomasi berarti Ukraina yang kuat di medan perang," katanya, yang menyiratkan bahwa Kyiv membutuhkan bantuan untuk menjadi lebih kuat.
Ia mendapat dorongan retoris dari Merz, calon terdepan dalam perlombaan pemilihan untuk menjadi kanselir Jerman berikutnya, yang menggunakan kunjungannya untuk membandingkan kebijakan Berlin saat ini dengan memaksa Ukraina berperang dengan satu tangan terikat di belakang punggungnya.