PKB Tak Masalah DPA Diisi Presiden Sebelumnya

Ilustrasi. Foto: Dok Medcom.id

PKB Tak Masalah DPA Diisi Presiden Sebelumnya

Fachri Audhia Hafiez • 10 July 2024 19:16

Jakarta: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tak masalah jika Dewan Pertimbangan Agung (DPA) diisi presiden sebelumnya. Mulai dari Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri, Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), serta Presiden ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi).

"Enggak ada masalah, lagi pula itu juga menjadi hak prerogatif presiden," kata Ketua DPP PKB Luluk Nur Hamidah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 10 Juli 2024.

Bagi Luluk, DPA harus menjaga keseimbangan dan diisi dengan figur yang beragam. Sekaligus mewakili kelompok yang kedepannya menjaga persatuan Indonesia.

"Jadi mencerminkan sebuah kelompok-kelompok yang cukup beragam yang tentu meritokrasi juga penting dan juga ada keseimbangan antara laki-laki dan perempuan gitu. Jadi jangan sampai laki-laki pada momen-momen seperti ini, nanti itu perempuan juga ketinggalan," ujar Luluk.

DPA, kata dia, juga tidak harus diisi oleh kepala negara yang pernah menjabat. Tokoh-tokoh bangsa lainnya bisa berpeluang untuk mengisi kursi DPA.

"Itulah tempat yang mulia untuk para orang-orang yang mulia itu memberikan pertimbangan, masukan, agar arah Indonesia menjadi lebih baik," ucap Luluk.
 

Baca juga: Baleg Sebut Pemerintah Dukung Revisi UU Wantimpres


Badan Legislasi (Baleg) DPR sepakat membahas Revisi UU Nomor 19 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Salah satu usulan perubahannya yakni mengubah nomenklatur Wantimpres menjadi DPA.

Baleg juga sepakat revisi UU tersebut jadi usul inisiatif DPR. Sebanyak sembilan fraksi menyatakan setuju kesepakatan yang diambil Baleg tersebut akan dibawa ke rapat paripurna.

Rapat paripurna bakal disahkan bahwa revisi UU Wantimpres jadi usul inisiatif DPR. Bila disetujui, maka draf revisi beleid itu akan dikirimkan ke pemerintah untuk diterbitkan surat presiden (surpres) untuk pembahasan di DPR.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)