Korea Selatan. Foto: Unsplash.
Seoul: Perekonomian Korea Selatan kemungkinan tumbuh 0,6 persen pada kuartal I-2024. Korsel berhasil mempertahankan laju ekspansi dengan peningkatan ekspor mengimbangi melemahnya konsumsi rumah tangga.
Perekonomian yang bergantung pada perdagangan ini mengalami peningkatan kinerja ekspor yang signifikan pada kuartal terakhir, didukung oleh kebangkitan sektor semikonduktor, yang merupakan indikator baik kesehatan perdagangan global.
Produk Domestik Bruto (PDB) Korsel untuk periode Januari hingga Maret tumbuh 0,6 persen kuartal ke kuartal berdasarkan penyesuaian musiman, menurut perkiraan median 21 ekonom dalam jajak pendapat pada 17-22 April 2024. Sementara itu analis memperkirakan pertumbuhan berkisar antara 0,3 persen hingga 1,1 persen.
"Permintaan konsumen masih merupakan titik lemah. Data penjualan ritel dari bulan Januari dan Februari menunjukkan berlanjutnya pelemahan dalam belanja. Kami memperkirakan penurunan lebih lanjut karena kenaikan suku bunga dan melemahnya pasar tenaga kerja membebani permintaan," tulis Ekonom Senior Asia di Capital Economics Gareth Leather, dilansir
Channel News Asia, Selasa, 23 April 2024.
Dia mengatakan manufaktur dan ekspor tetap kuat, dibantu oleh peningkatan permintaan global terhadap semikonduktor. Ekspor akan tetap tinggi, meskipun pertumbuhan global kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam waktu dekat.
"Perubahan dalam siklus teknologi akan memastikan bahwa ekspor pertumbuhannya berjalan dengan baik," tegas dia.
Berdasarkan perkiraan median dari 25 ekonom, PDB diperkirakan meningkat sebesar 2,4 persen pada kuartal terakhir tahun lalu, lebih cepat dibandingkan pertumbuhan sebesar 2,2 persen pada kuartal sebelumnya. Jika terealisasi, angka tersebut akan menjadi tingkat pertumbuhan tercepat sejak kuartal III-2022.
Pemulihan ekonomi terganggu
Namun, pertumbuhan yang tidak merata di Tiongkok, mitra dagang terbesar Korea Selatan dan penggerak utama perekonomian global, dapat mengganggu pemulihan yang sedang berlangsung.
Selain itu, negara dengan ekonomi terbesar keempat di Asia, salah satu negara dengan jumlah utang terbanyak di dunia, mengalami pertumbuhan yang lemah karena belanja yang tertahan oleh kenaikan suku bunga kumulatif sebesar 300 basis poin oleh Bank of Korea (BOK) sejak Agustus 2021.
Bank Sentral Korsel mengatakan pihaknya perlu melihat inflasi bergerak menuju target bank sebesar dua persen sebelum mempertimbangkan penurunan biaya pinjaman, yang akan memperpanjang tekanan pada konsumsi yang sudah melambat. Inflasi sebesar 3,1 persen pada Maret.