Ilustrasi hujan petir. Foto: Metrotvnews.com/Khairunnisa Puteri M.
Fachri Audhia Hafiez • 16 December 2025 10:25
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan telah melakukan operasi modifikasi cuaca (TMC) di enam lokasi, meliputi Sumatra, Jawa, hingga Nusa Tenggara. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi cuaca ekstrem seiring masuknya Indonesia ke puncak musim penghujan, yang diperkirakan terjadi pada Januari-Februari 2026.
Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menjelaskan, curah hujan diperkirakan akan meningkat signifikan di sejumlah daerah seperti Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara. Selain itu, adanya tiga sistem tekanan rendah, yaitu Siklon Bakung, Bibit Siklon 93S, dan Bibit Siklon 95S di sekitar wilayah Indonesia, juga berpotensi memicu hujan ekstrem.
"Operasi modifikasi cuaca kita lakukan untuk mencegah awan-awan hujan mendekati daratan Indonesia," kata Faisal dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, dilansir dari
Antara, Selasa, 16 Desember 2025.
Faisal menjelaskan mekanisme TMC yang dilakukan BMKG. Pertama, jika awan hujan mendekat ke daratan, awan tersebut akan disemai dengan bahan Natrium Klorida (NaCl) atau garam agar jatuh di wilayah perairan atau laut, sehingga tidak menimbulkan dampak berbahaya.
"Atau kalau sudah sampai di atas Jakarta, itu kita tebarkan kapur tohor atau CaO, supaya dia terpecah dan tidak terjadi hujan," imbuh Faisal.
Ia mengeklaim modifikasi cuaca ini efektif menurunkan curah hujan hingga 20-50 persen. "Jadi ini membantu untuk mengendalikan atau memitigasi bencana-bencana meteorologi yang mungkin diakibatkan oleh cuaca
ekstrem," jelas Faisal.
Enam titik yang menjadi fokus operasi TMC saat ini mencakup Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Lampung. Dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem, BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan instansi terkait di bawah koordinasi Kementerian Perhubungan, juga tengah mengembangkan platform informasi cuaca khusus untuk sektor transportasi darat, laut, dan udara.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani (tengah atas). Foto: ANTARA/Fathur Rochman.
Faisal meminta masyarakat untuk tetap waspada. Namun, tenang menghadapi potensi cuaca ekstrem ini, sembari menegaskan bahwa pemantauan dan antisipasi senantiasa dilakukan demi keselamatan publik.
"Kami sudah bekerja sama dengan BNPB, BPBD, serta Basarnas. Untuk masyarakat, tetap tenang selama kita dapat memantau kondisi dan selalu bersiap untuk curah hujan tinggi dan gelombang tinggi," pungkas Faisal.