BMKG Pasang 10 Ribu Detektor Gempa dan Tsunami

Ilustrasi detektor gempa. Foto: Dok. Medcom.id

BMKG Pasang 10 Ribu Detektor Gempa dan Tsunami

Fachri Audhia Hafiez • 16 December 2025 09:22

Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memasang lebih dari 10 ribu detektor yang berfungsi memantau kondisi cuaca, gempa, hingga potensi tsunami di seluruh Indonesia. Ribuan alat detektor ini dipantau oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) BMKG melalui stasiun yang tersebar di 191 daerah di Tanah Air.

"Ini terpantau di UPT-UPT BMKG, stasiun-stasiun yang tersebar di 191 daerah di Indonesia, dengan 10 ribu lebih alat yang memantau kondisi cuaca serta gempa dan tsunami,” kata Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, dilansir Antara, Senin, 15 Desember 2025.
 


Dia melaporkan bahwa sepanjang tahun 2025 tercatat lebih dari 40.000 gempa di Indonesia. Sebanyak 917 gempa di antaranya dirasakan warga dengan 24 di antaranya bersifat merusak.

Selain memantau gempa dan tsunami, BMKG juga memasang lightning detector atau alat pengamatan petir di 38 UPT untuk memantau lokasi dan intensitas petir yang terjadi. 

Lebih lanjut, Faisal menyatakan BMKG bakal mengembangkan sistem Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak (Impact-Based Forecast/IBF). Dengan sistem ini, informasi prakiraan cuaca tidak hanya menyajikan data cuaca, tetapi juga memperhitungkan potensi dampak yang akan terjadi akibat kondisi cuaca tersebut.

“Kita bisa memprediksi petir akan terjadi di mana dan kapan akibat dari kondisi cuaca di sekitarnya,” ucap Faisal.


Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani (tengah atas). Foto: ANTARA/Fathur Rochman.

Sistem IBF menyajikan rekomendasi respons atau langkah yang harus dilakukan oleh stakeholders dan masyarakat terkait dampak dari dinamika cuaca. Komponen penting dalam IBF adalah risiko, yang merupakan irisan antara bahaya (hazard), keterpaparan (exposure), dan kerentanan (vulnerability).

Prakiraan cuaca berbasis dampak ini sangat bermanfaat untuk mengurangi dampak risiko bencana hidrometeorologi dalam perencanaan kegiatan di berbagai sektor. Pengembangan IBF merupakan komitmen BMKG dalam mengimplementasikan panduan dari World Meteorological Organization (WMO), UN Hyogo Framework for Action 2005-2015, dan UN Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Fachri Audhia Hafiez)