Tradisi Sembelih Hewan Mati dan Sakit Penyebab Antraks di Gunungkidul Berulang

ilustrasi medcom.id

Tradisi Sembelih Hewan Mati dan Sakit Penyebab Antraks di Gunungkidul Berulang

Media Indonesia • 6 July 2023 16:35

Gunungkidul: Tradisi brandu atau purak membuat kasus antraks di daerah Gunungkidul terus terjadi. Purak adalah tradisi menyembelih hewan yang mati atau sakit oleh warga lalu mengumpulkan iuran untuk diserahkan kepada pemilik hewan ternak.

"Masih rendahnya pemahaman tentang bahaya antraks, karena itu peran dan partisipasi masyarakat penting dalam pencegahan antraks," kata Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian, Syamsul Ma'arif, dalam konferensi pers yang diselenggarakan pada Kamis, 6 Juli 2023.

Syamsul menegaskan bakteri antraks yang ada pada hewan ternak tidak akan bisa mati, meskipun sudah direbus dengan air panas. Syamsul menegaskan, bakteri spora penyebab antraks itu bisa menyeruak dan masuk ke pernafasan manusia saat hewan ternak yang sakit atau mati dipotong.

"Jangankan direbus, dibuka saja tidak boleh. Karena suhu lingkungan bisa membentuk spora dan bisa menyebabkan bakteri itu bertahan," imbuh dia.

Dalam waktu 24 jam, bakteri spora yang dihirup manusia bisa menyebabkan kematian akibat antraks paru-paru. Jika bakteri itu dikonsumsi atau terkena kontak kulit, penanganan cepat bisa dilakukan dengan mengunjungi fasilitas kesehatan.

Hal senada diungkapkan oleh Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nuryani Zainuddin. Ia mengungkapkan bakteri antraks yang ada dalam satu wilayah tidak bisa dibebaskan secara serta-merta. Pasalnya, bakteri itu bisa bertahan sampai berpuluh-puluh tahun lamanya.

"Antraks tidak bisa dibebaskan. Hanya bisa dikendalikan karena dia membentuk spora di tanah," ucap dia.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan antraks di antaranya vasksiansi di area endemis, kontrol lalu lintas hewan ternak di daerah endemis dan daerah bebas antraks dan tindakan pada hewan yang terinfeksi.

Pada 2023 sendiri, Kementan telah menyediakan sebanyak 96 ribu dosis vaksin untuk hewan ternak yang telah diserahkan kepada provinsi. Selain itu, ada 110 dosis vaksin yang disediakan sebagai buffer. Dalam konteks Gunungkidul, Nuryani menyebut ada sebanyak 143.796 sapi yang berpotensi terinfeksi antraks. Selain itu ada sebanyak 202.55 ekor kambing dan 11.000 ekor domba.

"Kalau melihat kejadian di Gunungkidul ini endemis antraks dan tidak dilakukan penanganan secara baik, baik di tanah, lingkungan dan kesadaran masyarakat. Ini akan terus berlanjut kasusnya jika terus dibiarkan," beber dia.

?Untuk itu, Kementan telah melakukan upaya penanggulangan antraks di wilayah itu. Di antaranya dengan menyuntikkan antibiotik pada seluruh hewan rentan dan terancam. Ada sebanyak 78 sapi dan 286 kambing dan domba yang telah disuntikkan. Lalu juga sosialisasi dengan dinas kesehatan dan pertanian setempat untuk melakukan penanganan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Whisnu M)