Mantan anggota Parlemen Thailand, Pita Limjaroenrat. (EPA-EFE)
Muhammad Reyhansyah • 4 October 2025 18:11
Jakarta: Di tengah meningkatnya jarak antara ASEAN dan generasi mudanya, Mantan anggota Parlemen Thailand, Pita Limjaroenrat, menegaskan bahwa masa depan ASEAN akan sangat bergantung pada kemampuannya menjadi organisasi yang relevan dan kredibel di mata generasi muda.
Ia menyampaikan hal tersebut dalam sesi “Past, Present, and Future: Building ASEAN from the Ground Up” pada ASEAN for the Peoples Conference (AFPC) 2025 di Jakarta, Sabtu, 5 Oktober 2025.
Menurut Pita, ASEAN kerap dipersepsikan sebagai “klub lama” yang hanya bergerak di tingkat elite dan belum cukup dekat dengan rakyat, terutama anak muda. “Dua langkah yang harus dilakukan ASEAN adalah membangun relevansi dan kredibilitas,” ujar Pita.
Ia menjelaskan, relevansi berarti menjawab langsung isu yang paling dirasakan generasi muda di seluruh kawasan. Pita kemudian menyebut tiga hal yang menurutnya bisa menjadi quick wins atau langkah cepat ASEAN untuk membangun kembali kepercayaan publik terutama dari kalangan muda.
“Hal pertama, udara bersih. Polusi lintas batas masih jadi masalah besar di Asia Tenggara, dari Jakarta hingga Bangkok. Ini bukan sekadar isu lingkungan, tapi kesehatan publik yang menyentuh kehidupan sehari-hari,” katanya.
Pita menekankan perlunya kerja sama lintas negara untuk mengatasi pembakaran lahan dan polusi asap yang tidak mengenal batas teritorial. Ia mencontohkan Singapura yang sudah memiliki Clean Air Act, dan Thailand yang juga tengah merancang undang-undang serupa.
“Kalau kita ingin udara bersih, kita harus bekerja sama. Asap tidak mengenal perbatasan,” ujarnya.
Isu kedua, lanjut Pita, adalah keamanan siber, terutama untuk melawan maraknya kejahatan daring lintas negara seperti penipuan digital. “Masalah cyber scam berdampak pada masyarakat di Singapura, Brunei, Bangkok, hingga Jakarta. Ini peluang bagi ASEAN untuk menunjukkan bahwa ia bisa melindungi warganya secara nyata,” ungkapnya.
Sedangkan isu ketiga adalah keamanan maritim, melalui pembentukan task force atau gugus tugas penjaga pantai di kawasan. “Ketika ruang manuver semakin sempit dan gesekan di laut meningkat, ASEAN harus bisa menunjukkan solidaritas nyata,” tegasnya.
Selain relevansi, Pita menyoroti pentingnya kredibilitas ASEAN sebagai organisasi regional. Ia mendorong agar konsensus lima poin terkait krisis Myanmar diubah menjadi peta jalan konkret selama lima tahun. “Kita harus menunjukkan bahwa kita memahami aspek kemanusiaan tanpa melanggar kedaulatan negara lain,” kata Pita.
Lebih jauh, ia menilai sudah saatnya dilakukan reformasi terhadap Sekretariat ASEAN, termasuk dalam hal anggaran dan mandat kelembagaan, agar organisasi ini mampu menyesuaikan diri dengan tantangan baru.
“Kita ingin melihat ASEAN 60 tahun mendatang sebagai organisasi yang sentral, bersatu, relevan, dan kredibel,” ujarnya.
Pita menutup dengan penekanan bahwa masa depan ASEAN hanya akan berarti jika mampu menjawab kebutuhan generasi penerusnya. “Saat ASEAN relevan dan kredibel, saat itulah ASEAN benar-benar penting bagi kaum muda,” pungkasnya.
Baca juga: Pita Limjaroenrat di Jakarta: Demokrasi Butuh Nilai, Bukan Sekadar Prosedur