Ilustrasi. Foto: Freepik.
Houston: Harga minyak bertahan stabil dalam perdagangan Asia pada Senin, 9 Juni 2025, karena investor tetap berhati-hati menjelang pembicaraan dagang utama AS-Tiongkok di London. Selain itu, perhatian juga beralih ke gelombang data ekonomi Tiongkok, termasuk inflasi dan angka perdagangan.
Dikutip dari Investing.com, Minyak Berjangka Brent yang berakhir pada bulan Juli turun tipis 0,1 persen menjadi USD66,43 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) juga turun tipis 0,1 persen menjadi USD64,52 per barel.
Kedua kontrak melonjak lebih dari empat persen minggu lalu karena laporan pekerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan dan dimulainya kembali pembicaraan dagang antara AS dan Tiongkok mengurangi kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.
Pasar mengamati pembicaraan AS-Tiongkok
Pejabat senior AS, termasuk Menteri Keuangan Scott Bessent dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick, akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng di London untuk membahas pencabutan tarif, kontrol ekspor, dan masalah perdagangan bilateral yang lebih luas.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Pembicaraan tersebut terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global yang terus-menerus dan rantai pasokan yang tegang, dengan kedua belah pihak berupaya menstabilkan hubungan yang telah renggang akibat berbagai masalah mulai dari teknologi hingga akses tanah jarang.
Pembicaraan yang akan datang mengikuti pencairan diplomatik sementara yang dicapai di Jenewa bulan lalu dan menandai keterlibatan formal pertama antara kedua belah pihak sejak saat itu. Pasar berharap tanda-tanda kemajuan yang dapat meredakan tekanan pada arus perdagangan global dan permintaan komoditas.
Tekanan di pasar minyak mentah
Pasar minyak mentah telah berada di bawah tekanan dari kekhawatiran perdagangan global dan indikator ekonomi makro yang lemah dari Tiongkok.
Minyak juga berada di bawah tekanan baru karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, telah terus mempercepat produksi tahun ini.
Menambah kehati-hatian pasar, Tiongkok dijadwalkan merilis sejumlah angka ekonomi pada Senin pagi, termasuk angka inflasi dan ekspor, di tengah kekhawatiran tentang kekuatan permintaan domestik di ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Data perdagangan yang lemah, dikombinasikan dengan dampak tarif AS yang sedang berlangsung, terus membebani daya saing manufaktur dan ekspor Tiongkok.
Nada yang tenang mencerminkan pendekatan investor yang menunggu dan melihat, dengan sentimen pasar yang lebih luas bergantung pada hasil pertemuan diplomatik hari Senin di London.