Rupiah. Foto: dok MI.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan menjelang akhir pekan ini mengalami penguatan.
Mengutip data Bloomberg, Jumat, 25 April 2025, rupiah hingga pukul 09.33 WIB berada di level Rp16.825 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 47 poin atau setara 0,28 persen dari Rp16.872 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.819 per USD. Rupiah menguat sebanyak 45 poin atau setara 0,27 persen dari Rp16.864 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.870 per USD hingga Rp16.930 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
Ketegangan AS-Tiongkok mereda
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah terjadi karena sentimen Presiden AS Donald Trump yang mengemukakan prospek pengurangan bea perdagangan yang tinggi terhadap Tiongkok. Namun, kurangnya kejelasan tentang komentar Trump, ditambah dengan pernyataan yang kurang optimis dari pejabat lain, di tengah meningkatnya ketidakpastian atas ekonomi AS dan perang dagang yang sengit antara Washington dan Beijing.
Trump mengatakan minggu ini ia akhirnya dapat menurunkan tarifnya yang tinggi, 145 persen terhadap Tiongkok. Namun, ia mengatakan langkah tersebut akan bergantung pada Tiongkok yang datang ke meja perundingan, sebuah skenario yang tidak begitu diminati Beijing untuk dilaksanakan. Tiongkok membalas dengan
tarif 125 persen terhadap AS, dan hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda akan mundur.
Komentar dari anggota pemerintahan Trump lainnya juga merusak optimisme atas deeskalasi AS-Tiongkok. Menteri Keuangan Scott Bessent memperingatkan pembicaraan perdagangan dengan Tiongkok bisa jadi sulit, dan AS kemungkinan perlu memangkas tarif terlebih dahulu sebelum terlibat dengan Beijing.
"Para pedagang tetap waspada atas potensi dampak tarif Trump, bahkan ketika sebuah laporan menunjukkan ia dapat menawarkan beberapa pengecualian kepada para produsen mobil," jelas Ibrahim.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia
Di sisi lain, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,7 persen pada 2025 dan 2026. Angka ini menurun dari proyeksi pada Januari 2025 yaitu sebesar 5,1 persen. Proyeksi ini tertuang dalam laporan World Economic Outlook edisi April 2025 yang menganalisa dampak penyesuaian tarif AS.
Angka proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berbeda jauh dari negara Asia berkembang lainnya. Malaysia, misalnya, diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen pada 2025 dan 3,8 persen pada 2026. Kemudian Vietnam diprediksi mengalami pertumbuhan sebesar 5,2 persen pada 2025 dan 4,0 persen pada 2026.
Sementara itu, ekonomi Tiongkok diprediksi tumbuh sebesar 4,0 persen pada 2025 dan 2026. Tidak hanya Indonesia, penerapan tarif resiprokal AS juga berdampak secara global. Pertumbuhan ekonomi global pada 2025 diprediksi turun menjadi 2,8 persen dari proyeksi Janurai 2025 yaitu 3,3 persen
"Selain peningkatan tarif, meningkatnya ketidakpastian kebijakan juga memiliki peran besar dalam proyeksi ekonomi. Jika terus berlanjut, meningkatnya tensi perdagangan dan ketidakpastian akan memperlambat pertumbuhan ekonomi secara signifikan," urai Ibrahim.
Sedangkan, Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7-5,5 persen. Sampai dengan triwulan I 2025 ekonomi tergolong bagus. Tapi ke depan, dinamika-dinamika itu perlu diantisipasi lebih baik. Oleh karena itu, BI berkomitmen memperkuat dan menyempurnakan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial.