Sebuah sesi sedang berlangsung di UNESCO. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 15 November 2025 08:44
Samarkand: Indonesia menutup partisipasinya dalam Sidang Umum ke-43 UNESCO dengan lima capaian penting di bidang pendidikan, pengetahuan, dan kebudayaan. Sidang yang berlangsung di Samarkand, Uzbekistan, ini sekaligus menandai momen bersejarah: untuk pertama kalinya Bahasa Indonesia digunakan sebagai salah satu bahasa resmi UNESCO.
Pantun pembuka dan penutup yang disampaikan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu’ti, dalam pernyataan nasional Indonesia mendapat sambutan hangat dari para peserta sidang.
Dalam rangkaian sidang tersebut, Indonesia terpilih sebagai anggota komite MOST (Management of Social Transformations) UNESCO, program yang fokus memperkuat peran ilmu-ilmu sosial dalam penyusunan kebijakan publik serta menjembatani riset akademik dengan para pengambil keputusan.
Berdasarkan keterangan di situs Kementerian Luar Negeri RI, Jumat, 14 November 2025, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Prancis, Andorra, dan Monako, sekaligus Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Mohamad Oemar, menegaskan bahwa keanggotaan ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang kaya budaya sekaligus berkomitmen pada kebijakan berbasis pengetahuan ilmiah.
Di bidang ilmu kelautan, Indonesia juga kembali menegaskan perannya sebagai negara maritim dengan terpilih sebagai anggota Dewan Eksekutif Komite Oseanografi Antarpemerintah (IOC) UNESCO.
Sidang Umum turut mengesahkan penetapan peringatan 400 tahun kelahiran Syekh Yusuf Al-Makassari pada 2027 sebagai salah satu peringatan yang dikaitkan dengan UNESCO. Syekh Yusuf, ulama dan sufi besar asal Sulawesi Selatan, dikenal sebagai tokoh spiritual, pejuang antikolonial, serta penghubung peradaban Indonesia dan Afrika Selatan.
Selain itu, atas usulan Indonesia, UNESCO mengadopsi resolusi yang memperingati Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari besar di lingkungan organisasi. Dengan demikian, UNESCO tidak akan menyelenggarakan pertemuan resmi pada kedua hari raya tersebut.
Secara keseluruhan, lima capaian tersebut, yakni penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, keanggotaan di komite MOST, penetapan peringatan Syekh Yusuf, pengakuan Idul Fitri dan Idul Adha, serta keanggotaan Dewan Eksekutif IOC, mencerminkan kontribusi Indonesia dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, komunikasi, dan kebudayaan sesuai mandat inti UNESCO.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa diplomasi Indonesia tidak hanya mengikuti agenda UNESCO, tetapi juga ikut membentuk narasi, norma global, serta penghubung kepentingan nasional dengan kepentingan internasional.
Baca juga: Bahasa Indonesia Resmi Jadi Bahasa Kerja UNESCO