Trump Sebut Kebijakan Imigrasi dan Iklim Eropa Hancurkan Warisan Budaya

Presiden AS Donald Trump berbicara di Sidang Majelis Umum PBB di New York, Selasa, 23 September 2025. (Anadolu Agency)

Trump Sebut Kebijakan Imigrasi dan Iklim Eropa Hancurkan Warisan Budaya

Willy Haryono • 24 September 2025 13:39

New York: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melancarkan kritik tajam terhadap kebijakan imigrasi dan iklim di Eropa dalam pidato perdananya di Sidang Umum PBB di New York, Selasa, 23 September 2025. Trump menyebut kebijakan perbatasan terbuka dan transisi iklim di Benua Biru sebagai “monster berekor dua” yang merusak warisan budaya sekaligus menghancurkan negara-negara Eropa.

“Jika Anda tidak menghentikan orang-orang yang belum pernah Anda lihat sebelumnya, yang tidak memiliki kesamaan dengan Anda, negara Anda akan gagal,” kata Trump, dikutip dari Euronews, Rabu, 24 September 2025.

Trump menilai eksperimen perbatasan terbuka di Eropa sudah gagal dan harus segera diakhiri. “Sudah waktunya untuk mengakhiri eksperimen perbatasan terbuka yang gagal. Kalian harus mengakhirinya sekarang. Saya bisa bilang, saya sangat ahli dalam hal ini. Negara kalian akan hancur,” ujarnya.

Beberapa tahun terakhir, Eropa memang memperketat perbatasan dan akses suaka bagi warga negara ketiga, serta merancang pakta migrasi baru yang sedang dinegosiasikan di lembaga-lembaga Uni Eropa.

Komisi Eropa melaporkan penyeberangan ilegal di perbatasan eksternal Uni Eropa turun 25 persen pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data Frontex.

Dalam pidato berdurasi sekitar satu jam itu, Trump juga menuduh PBB memfasilitasi dan mendanai migrasi ilegal di seluruh dunia. Ia menyebut badan-badan PBB, meski tidak menyebut secara spesifik, seharusnya menghentikan “invasi”, bukan menciptakan dan membiayainya. Pernyataan ini diyakini merujuk pada dua lembaga PBB yang menangani migrasi, IOM dan UNHCR.

Trump mengklaim telah mengakhiri tujuh konflik internasional dalam tujuh bulan masa kepresidenannya, termasuk antara Armenia–Azerbaijan, Serbia–Kosovo, Israel–Iran, India–Pakistan, serta Mesir–Ethiopia. Ia menyindir PBB yang dianggap tidak berperan dalam proses negosiasi tersebut.

“Saya mengakhiri tujuh perang, berunding dengan para pemimpin masing-masing negara, dan bahkan tidak pernah menerima panggilan telepon dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menawarkan bantuan,” kata Trump.

Ia bahkan melontarkan candaan soal fasilitas PBB. “Yang saya dapatkan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa hanyalah eskalator yang berhenti di tengah jalan, plus teleprompter yang buruk,” ujarnya, disambut tawa sebagian audiens. Trump juga menyinggung dirinya “pantas” meraih Hadiah Nobel Perdamaian, sembari menilai PBB masih jauh dari potensi besarnya karena hanya “menulis surat tegas tanpa tindak lanjut”.

Dalam isu perang Rusia–Ukraina, Trump kembali mengklaim mampu menghentikan pertumpahan darah dengan cepat melalui ancaman tarif terhadap Rusia, meski mengingatkan perang tidak akan berakhir jika Tiongkok dan Eropa terus membeli energi Rusia.

Ia juga menuntut Hamas segera membebaskan seluruh sandera Israel, sembari mengecam negara-negara Eropa, termasuk sekutu AS, yang baru-baru ini mengakui negara Palestina.

“Ini seperti memberikan hadiah atas kekejaman 7 Oktober,” kata Trump, merujuk pada serangan Hamas pada 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan ratusan sandera.

Pengakuan Palestina oleh Prancis, Belgia, Inggris, Portugal, dan beberapa negara Eropa lainnya dilakukan sebagai langkah untuk mendorong perdamaian Timur Tengah. Namun Trump menilai langkah itu justru mendorong konflik berlanjut.

“Mereka yang menginginkan perdamaian seharusnya bersatu dengan satu pesan: bebaskan para sandera sekarang juga,” tegasnya. (Kelvin Yurcel)

Baca juga:  Trump Sentil PBB Tidak Pernah Bantu AS Mengakhiri Perang

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)