Berebut Makanan, 20 Warga Gaza Tewas Terinjak-injak

Setidaknya 20 orang tewas pada Rabu 16 Juli 2025 dalam penyerbuan di pusat distribusi makanan Gaza. Foto: UPI

Berebut Makanan, 20 Warga Gaza Tewas Terinjak-injak

Fajar Nugraha • 16 July 2025 19:41

Gaza: Setidaknya 20 orang tewas pada Rabu 16 Juli 2025 dalam penyerbuan di pusat distribusi makanan yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung AS-Israel di selatan wilayah Palestina yang terkepung.

Menyebutnya sebagai insiden tragis, GHF mengatakan, 19 orang tewas terinjak-injak dan satu orang ditikam hingga tewas dalam "serbuan yang kacau dan berbahaya" di pusat distribusi makanan di distrik Khan Younis, yang dituduhkan Hamas sebagai penyebabnya.

Yayasan tersebut mengatakan mereka yakin penyerbuan warga Palestina yang mencoba mengumpulkan paket makanan "didorong oleh agitator di kerumunan" yang bersekutu dengan Hamas.

"Kami memiliki alasan yang kredibel untuk meyakini bahwa elemen-elemen di dalam kerumunan -,yang bersenjata dan berafiliasi dengan Hamas,- sengaja mengobarkan kerusuhan," kata GHF dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip UPI.

"Untuk pertama kalinya sejak operasi dimulai, personel GHF mengidentifikasi beberapa senjata api di antara kerumunan, salah satunya disita. Seorang pekerja Amerika juga diancam dengan senjata api oleh seorang anggota kerumunan selama insiden tersebut,” ucap GHF.

GHF menyalahkan misinformasi yang beredar luas di media sosial mengenai fasilitasnya di Wadi Gaza dan fasilitas lainnya di distrik Tal Sultan, Rafah, yang telah berhenti beroperasi beberapa waktu lalu karena "memicu kebingungan, mendorong kerumunan ke lokasi tertutup, dan memicu kekacauan."

Namun, surat kabar Haaretz Israel mengatakan bahwa desak-desakan itu dipicu oleh petugas GHF yang melemparkan tabung gas air mata ke arah kerumunan.

GHF mempekerjakan kontraktor keamanan swasta bersenjata untuk menjaga ketertiban dan melindungi fasilitasnya.

Pada hari Selasa, kantor PBB untuk hak asasi manusia mengatakan 674 orang telah tewas di sekitar lokasi yang dioperasikan oleh GHF sejak kelompok tersebut memulai operasinya di Gaza pada Mei. Banyak yang terjebak dalam penembakan atau menderita luka tembak yang fatal.

Insiden Rabu terjadi ketika seorang pejabat senior GHF lainnya mengundurkan diri setelah bisnisnya menjadi sasaran boikot.

Pemilik restoran dan pengusaha Israel, Shahar Segal, meninggalkan perannya sebagai juru bicara yayasan pada hari Selasa menyusul reaksi keras terhadap restoran-restoran yang dimilikinya di Melbourne, Australia, dan restoran lain di dalam sebuah klub populer di kawasan hiburan malam Tel Aviv.

Kekaisaran makanan Shahar, yang mencakup Shmone berbintang Michelin di New York City, menjadi sasaran para demonstran awal bulan ini yang menyerang restoran Miznon miliknya di Melbourne, melempar kursi, memecahkan pintu kaca, dan melemparkan slogan-slogan anti-Israel.

Tiga orang menghadapi tuntutan pidana. Kantor berita Teder di Tel Aviv mengkritik keterlibatan Segal dengan GHF dan berusaha menjauhkan diri.

"Dalam beberapa minggu terakhir, kami telah mengetahui keterlibatan mitra kami, Shahar Segal, dengan Yayasan Kemanusiaan Gaza. Kami ingin menegaskan dengan tegas: Teder tidak memiliki hubungan dengan GHF, dan kami sangat menentang keberadaan organisasi semacam itu. Bantuan kemanusiaan tidak boleh digunakan sebagai alat kontrol atas warga sipil, dan orang-orang tidak boleh mati hanya demi mendapatkan sedikit tepung untuk sisa-sisa keluarga mereka," ujar Teder dalam sebuah unggahan media sosial.

GHF mengatakan kepada NPR dalam sebuah pernyataan bahwa kepergian Segal dari jabatannya, yang tidak dibayar, disebabkan oleh reorganisasi internal yang melibatkan perluasan operasi komunikasinya.

Segal tidak segera berkomentar.

Direktur Eksekutif dan mantan Marinir AS, Jake Wood, dan Chief Operating Officer David Burke, dua pejabat tinggi GHF, keduanya mengundurkan diri beberapa hari sebelum program tersebut mulai beroperasi.

Wood mengatakan ia mengundurkan diri karena program tersebut tidak sejalan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan utama yaitu "kemanusiaan, netralitas, imparsialitas, dan independensi."

Israel bersikeras bahwa proyek GHF ditujukan untuk mencegah bantuan dicuri dan dijual kembali oleh Hamas untuk mendanai operasi militer melawan Israel, tetapi PBB dan badan-badan bantuan tradisional menolak skema tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu bertentangan dengan etika kemanusiaan dan "mempersenjatai" masalah bantuan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)