Ilustrasi. Medcom
Despian Nurhidayat • 27 August 2025 19:41
Jakarta: Direktur Imunisasi Kemenkes, dr. Prima Yosephine, menyebutkan cakupan imunisasi rutin lengkap di Indonesia pernah mencapai 92 persen pada 2018, namun turun menjadi hanya 87,8 persen pada 2023. Hal ini disampaikan Prima dalam merespons peningkatan kasus campak di Indonesia yang berkaitan dengan turunnya cakupan imunisasi rutin lengkap dalam beberapa tahun terakhir.
"Tren ini berimbas langsung pada meningkatnya kasus campak. Tahun 2022 tercatat lebih dari 4.800 kasus campak konfirmasi. Jumlah tersebut meningkat pada 2023 menjadi lebih dari 10.600 kasus," ungkap Prima, Jakarta, Rabu, 27 Agustus 2025.
Pada 2024, menurun menjadi lebih dari 3.500 kasus, namun kembali meningkat pada 2025, di mana hingga Agustus telah tercatat lebih dari 3.400 kasus. Selain itu, terjadi KLB campak di sejumlah wilayah.
Pada 2022, dilaporkan sebanyak 64 KLB, dan pada 2023 meningkat menjadi 95 KLB. Pada 2024 menurun menjadi 53 KLB, namun kembali meningkat di 2025, sampai Agustus tercatat sudah terjadi sebanyak 46 KLB.
Menurut dia, cakupan imunisasi campak-rubela (MR) dosis pertama (MR1) dan kedua (MR2) juga masih jauh dari target 95 persen untuk membentuk kekebalan kelompok. Pada 2024, cakupan MR1 sebesar 92 persen dan MR2 sebesar 82,3 persen.
Prima menegaskan pencegahan adalah kunci agar KLB tidak meluas. "Kalau kita bisa menjaga cakupan imunisasi tetap di atas 95 persen, maka rantai penularan bisa diputus. Itu yang harus jadi komitmen bersama," kata Prima.
Kemenkes mengimbau masyarakat, khususnya orangtua dan pengasuh anak, agar segera membawa anak ke posyandu, puskesmas, atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan imunisasi campak, baik rutin sesuai jadwal maupun tambahan saat situasi KLB.
"Masyarakat diimbau agar tidak menunda dan tidak takut imunisasi karena vaksin campak terbukti aman, bermutu, serta diberikan gratis oleh pemerintah. Selain itu, warga diminta aktif mendukung pelaksanaan ORI dengan menginformasikan pentingnya imunisasi kepada keluarga, tetangga, dan lingkungan sekitar," tutur Prima.
Baca Juga:
KLB Campak, IDAI: Imunisasi Harus Diperkuat |