Nilai Tukar Dolar AS Menguat, Kebijakan Tarif Jadi Satu-Satunya Penopang

Ilustrasi dolar AS. Foto: Dok istimewa

Nilai Tukar Dolar AS Menguat, Kebijakan Tarif Jadi Satu-Satunya Penopang

Eko Nordiansyah • 7 March 2025 09:27

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap sebagian besar mata uang setelah sebelumnya sempat melemah. Para ahli strategi Citi percaya puncak kekuatan greenback kemungkinan besar telah berlalu.

Citi berpendapat tarif tetap menjadi penopang utama mata uang ini. Perusahaan Wall Street ini menunjuk beberapa faktor yang mendukung tesisnya, termasuk memudarnya kinerja ekonomi AS, pergeseran arus aset, dan menyempitnya perbedaan suku bunga.

"Kami percaya tarif mungkin adalah satu-satunya alasan yang masih menahan USD," ahli strategi yang dipimpin oleh Rohit Garg dalam sebuah catatan dilansir dari Investing.com, Jumat, 7 Maret 2025.

Nilai tukar dolar AS menguat dengan indeks dolar AS naik 0,11 persen menjadi 104,18.

Nilai tukar poundsterling melemah 0,1 persen terhadap dolar AS menjadi 1,2924 dolar AS per pound. Sedangkan terhadap euro, nilai tukar pound melemah 0,2 persen menjadi 1,1926 euro per pound.
 

Baca juga: 


(Ilustrasi ekonomi AS. Foto: NDTV)

Proyeksi ekonomi AS melemah

Data ekonomi AS telah melemah relatif terhadap Asia, membebani kekuatan dolar sebelumnya. Citi mencatat "peningkatan signifikan baru-baru ini dalam ketidakpastian kebijakan AS kemungkinan akan semakin mengurangi kepercayaan konsumen dan bisnis AS dan mengakibatkan pelemahan lebih lanjut dalam data AS."

Penurunan kejutan ekonomi AS bertepatan dengan penurunan kinerja aset AS, yang sebelumnya telah menarik arus dana asing yang signifikan, terutama dari Korea dan Taiwan.

Perbedaan suku bunga, pendorong historis lain dari kekuatan dolar, juga telah menyempit. Para ahli strategi menunjukkan, tidak seperti 2018, ketika dolar didukung oleh kenaikan spread suku bunga, kesenjangan antara suku bunga AS dan Asia kini semakin mengecil, sehingga menempatkan dolar pada risiko pembalikan arah.

Menurut para ahli strategi, dampak tarif terhadap dolar masih belum pasti, karena latar belakang ekonomi yang lebih luas berbeda dari episode-episode sebelumnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)