Sri Mulyani Wanti-wanti Dampak Konflik Iran vs Israel ke Ekonomi RI

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto: Dokumen Kemenkeu

Sri Mulyani Wanti-wanti Dampak Konflik Iran vs Israel ke Ekonomi RI

M Ilham Ramadhan Avisena • 17 June 2025 17:30

Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, situasi global yang masih dan kian tak menentu patut diwaspadai. Perkembangan dari ekonomi dunia dan pecahnya perang di Timur Tengah dinilai dapat memberi dampak ke perekonomian Indonesia.

“Ini adalah sesuatu yang memunculkan event, yang bisa langsung mempengaruhi signifikan terhadap kondisi perekonomian, baik dari harga komoditas, maupun nilai tukar, suku bunga, dan capital flow. Ini yang kita hadapi, menghadapi geopolitik yang makin meruncing,” kata dia dalam konferensi pers kinerja APBN di kantornya, Jakarta, Selasa, 17 Juni 2025.

Ketidakpastian situasi global dimulai dari kebijakan tarif dagang yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat yang cenderung lebih menekan terhadap Tiongkok. Kendati telah ada upaya negosiasi antara Negeri Paman Sam dengan Negeri Tirai Bambu, namun belum ada hasil signifikan dari langkah pembahasan tersebut.

Situasi itu kemudian diperparah dengan pecahnya perang di Timur Tengah antara Israel dan Iran. Sri Mulyani mengatakan, kondisi tersebut menimbulkan dua dampak yang segera bagi perekonomian dunia, tak terkecuali Indonesia.

“Harga minyak naik, namun di sisi lain perekonomian global cenderung melemah. Itu menyebabkan tekanan harga, inflasi naik, dan membuat ekonomi global melemah. Itu kombinasi yang harus kita waspadai. Hal itu memberikan dampak ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, menggerakkan nilai tukar dan suku bunga global,” jelas dia.

Ketidakpastian yang masih tinggi juga tercermin dari penurunan kinerja ekonomi di sejumlah negara maju. Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur dunia tercatat berada di zona kontraktif, yaitu 49,6, sekaligus menjadi yang terendah sejak Desember 2024. Dari sejumlah negara yang di survei, 70 persen diantaranya diketahui mengalami kontraksi PMI manufaktur.

“Artinya indeks PMI manufaktur di bawah 50, termasuk Indonesia 47,4. Hanya 29,2 persen negara yang di survei masih ekspansif,” jelas Sri Mulyani.
 

Baca juga: 

Sempat Surplus, APBN Balik Defisit Rp21 Triliun di Mei 2025



(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Optimisme perekonomian nasional

Kendati situasi eksternal cukup menantang, Sri Mulyani menyatakan memiliki optimisme terhadap perekonomian di dalam negeri. Itu merujuk dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih berada di zona optimis, kendati mengalami penurunan level indeks.

Lalu konsumsi listrik pada sektor bisnis dan industri manufaktur disebutkan mengalami pertumbuhan positif. Hal itu menurutnya, menunjukkan adanya geliat perekonomian di dalam negeri.

“Dari sisi kegiatan ekonomi yang membutuhkan listrik, konsumsi listrik untuk bisnis tumbuh 4,5 persen. Artinya kegiatan ekonomi masih bertahan. Untuk manufaktur pertumbuhan konsumsi listrik 6,7 persen,” tutur dia. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)