Tol Sigli-Banda Aceh Segera Terhubung Penuh

Aceh: PT Hutama Karya (Persero) sedang menyelesaikan tahap akhir pembangunan Jalan Tol Sigli–Banda Aceh (Sibanceh) sepanjang 74,2 kilometer (km). Proyek strategis ini menjadi tol pertama di Aceh dan kini telah mencapai progres fisik 96,67 persen, dengan hanya dua seksi tersisa yang ditargetkan rampung tahun ini. 

Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Aceh, Heri Yugiantoro, mengatakan pembangunan tol ini dimulai sejak semester kedua 2018, dimulai dari ruas Indrapuri–Blang Bintang. Terdiri dari enam seksi, saat ini hanya Seksi 1 (Padang Tidji–Seulimeum) dan pembangunan Simpang Susun Kutabaro di Seksi 6 yang masih dalam pengerjaan. 

“Seksi 1 Padang Tidji–Seulimeum sepanjang 24,67 km sudah mencapai progres 99,46 persen. Pekerjaan yang tersisa meliputi pembangunan gerbang tol, box culvert, dan overpass. Sementara itu, lima seksi lainnya sudah beroperasi bertahap sejak 2020 hingga 2022," kata Heri, Rabu, 25 Juni 2025.

Seksi 2 (Seulimeum–Jantho) sepanjang 6,26 km telah beroperasi sejak Maret 2022, disusul Seksi 3 (Jantho–Indrapuri) sepanjang 16,37 km yang beroperasi sejak Februari 2021. Sementara itu, Seksi 4 (Indrapuri–Blang Bintang) telah berfungsi sejak Juli 2020, dan Seksi 5 (Blang Bintang–Kuto Baro) juga sudah beroperasi. 
 

Baca: Akses Tol Sigli-Banda Aceh Dibuka untuk Perjalanan Jemaah Haji 2025

"Untuk Seksi 6 (Kuto Baro–Simpang Baitussalam), jalan utama telah selesai 100 persen, namun pembangunan Simpang Susun (SS) Kutabaro masih dalam penyelesaian dengan progres 87 persen. Hanya simpang susun yang belum tuntas, sementara mainroad-nya sudah beroperasi,” ujarnya.

Dengan rampungnya dua seksi terakhir ini, seluruh trase Tol Sibanceh akan terhubung penuh pada 2025, menghubungkan Kota Banda Aceh dengan Kabupaten Pidie. Keberadaan tol ini diharapkan mempercepat distribusi logistik dan meningkatkan mobilitas masyarakat di Aceh. 

"Tol ini diharapkan menjadi penggerak pertumbuhan kawasan serta memperlancar arus barang dan mobilitas masyarakat serta membuka akses terhadap pusat-pusat produksi dan distribusi di wilayah Aceh," jelasnya.