Denpasar: Ratusan rektor yang hadir dalam Executive Workshop SEVIMA di Denpasar, Kamis, 6 Jakarta 2025, sepakat laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait 1,01 juta lulusan perguruan tinggi tercatat sebagai pengangguran terbuka pada 2025 sebagai masalah serius. Kurikulum Outcome-Based Education menjadi salah satu solusi.
Direktur Politeknik Pariwisata Bali Ida Bagus Putu Puja memahami apa yang bisa dilakukan mahasiswa setelah belajar menjadi paradigma pendidikan era kini. Kampus-kampus harus mengadopsi kurikulum outcome based agar penuntut ilmu tak sekadar belajar untuk proses dan ujian.
Perubahan ini harus dilakukan jika lembaga pendidikan bisa menunaikan janjinya untuk mengabdi kepada masyarakat. Pembekalan ilmu dan pendidikan yang berguna bagi mahasiswa agar bisa dimanfaatkan langsung adalah salah satu wujud konkret pengabdian tersebut.
“Dengan kurikulum OBE, kita dapat mencetak lulusan unggul yang sesuai kebutuhan industri. Misalnya di Pariwisata Bali, yang penting bukan hanya teori pariwisata, tapi setelah lulus, dia bisa mempromosikan destinasi wisata Bali yang ia kelola kepada dunia, ” kata Ida Bagus saat membuka Executive Workshop SEVIMA dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 8 November 2025.
Kurikulum Outcome-Based Education harus diracik menjadi resep agar lulusan kampus diupayakan tidak menganggur setelah lulus. Hal tersebut disepakati ratusan rektor dan tokoh pendidikan se-Indonesia lain seperti Eks Direktur Politeknik Negeri Ketapang Endang Kusmana dan Guru Besar Universitas Trunojoyo Madura sekaligus Customer Strategic Manager SEVIMA Wahyudi Agustiono.
Strategi kurikulum Outcome-Based Education
Berikut 4 strategi implementasi OBE yang dirumuskan dari Executive Workshop SEVIMA
1. Kolaborasi lintas disiplin
Pendekatan kolaboratif lintas disiplin dari setiap program studi lewat beragam platform digital dapat dimanfaatkan di era sekarang. Berbagi best practices, menyelaraskan capaian pembelajaran dengan kebutuhan industri, serta membangun standar mutu yang konsisten sesuai SN-Dikti dan KKNI danapat dena mudah dilakukan.
Wahyudi memberikan contoh konkret di program studi keperawatan kampusnya. Dia menemukan minat tinggi bagi pengguna lulusan asal Amerika & Eropa karena di benua tersebut banyak masyarakat usia tua.
Dia melihat kemampuan bahasa Inggris sangat dibutuhkan, termasuk untuk komunikasi medis. Dia juga menemukan peluang perawat kerja di Amerika & Eropa masih didominasi lulusan kampus Filipina karena kemampuan bahasa mereka.
Kurikulum OBE dapat merumuskan spesifik aktivitas berbasis
project based, yang bisa mengasah tidak hanya hardskill anatomi keperawatan tapi juga komunikasi medis.
Lulusan kampus di Indonesia diharapkan tidak lagi kalah bersaing dengan lulusan Filipina.
2. Pelatihan dan pendampingan dosen
Transformasi mindset dosen menjadi kunci utama keberhasilan implementasi OBE. Dosen dibekali kemampuan untuk berpindah dari paradigma
teaching-based menjadi
student-centered learning lewat program berkelanjutan seperti
workshop, coaching clinic, dan capacity building,
“Mahasiswa harus menjadi lifelong learners yang siap menghadapi era AI, Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), dan future skills yang terus berkembang,” ujar Endang Kusmana.
3. Apresiasi dan Insentif
Budaya mutu tidak akan tumbuh tanpa penghargaan bagi inovasi. Pemberian
recognition system bagi dosen dan unit yang berhasil menerapkan pembelajaran berbasis OBE secara efektif menjadi strategi penting. Apresiasi dan insentif mendorong semangat berinovasi serta memperkuat motivasi dosen.
Sistem ini juga menegaskan bahwa implementasi OBE adalah bagian integral dari peningkatan kualitas pembelajaran dan akreditasi institusi.
“OBE mendukung transformasi institusi menjadi kampus yang responsif terhadap perubahan global dengan membangun budaya mutu berkelanjutan sebagai investasi masa depan kampus,” ungkap Endang.
4. Digitalisasi Dokumen OBE
Digitalisasi menjadi pondasi penting untuk memastikan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam pelaksanaan OBE. Sistem digital pelacakan memungkinkan monitoring secara
real-time dan memudahkan bukti capaian untuk keperluan akreditasi maupun audit mutu.
Dengan sistem digital, dokumentasi OBE tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga menjadi alat refleksi akademik untuk perbaikan berkelanjutan (continuous improvement).
“Perguruan tinggi harus membuktikan kualitas lulusan secara sistematis dan terukur dengan transparansi capaian pembelajaran dan pertanggungjawaban kepada stakeholder,” jelas Endang.
Bentuk ekosistem digital
Keempat stategi ini saling terkait dan membentuk ekosistem pembelajaran berbasis capaian yang berorientasi pada mutu dan relevansi lulusan. Chief Marketing Officer SEVIMA, Andry Huzain, menyatakan 1.200 kampus tergabung dalam Komunitas yang terus mendorong dan mendigitalisasi pendidikan tinggi secara gotong royong.
Seluruh civitas mulai dari operator, tenaga kependidikan, dosen, pimpinan, hingga mahasiswa, berkolaborasi. "Tak hanya itu, SEVIMA juga memberikan pemerataan pendidikan untuk terciptanya digitalisasi perguruan tinggi, termasuk di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar)," jelasnya.
Pakar Digitalisasi Perguruan Tinggi SEVIMA, Aditya Rhesa Firmansah, menyatakan komitmen platformnya menyelesaikan berbagai tantangan yang dihadapi perguruan tinggi di Indonesia.
"Visi SEVIMA terus berperan aktif merevolusi pendidikan tinggi di Indonesia, dan digitalisasi adalahh solusi untuk menerapkan kurikulum yang bisa menjadi resep bangsa ini dalam mengentaskan pengangguran" tegas Aditya.