Trump Ancam Pasang 200% Tarif untuk Barang Impor Farmasi

Trump yakin banyak perusahaan farmasi akan meninggalkan Tiongkok dan negara-negara lain karena sebagian besar produk mereka dipasarkan di AS. (Anadolu Agency)

Trump Ancam Pasang 200% Tarif untuk Barang Impor Farmasi

Riza Aslam Khaeron • 10 July 2025 13:51

Washington DC: Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif impor hingga 200% terhadap produk farmasi. Dalam pernyataan saat rapat kabinet di Gedung Putih pada Selasa, 8 Juli 2025, Trump menyebut bahwa kebijakan tersebut akan diterapkan "dalam waktu dekat."

"Mereka akan dikenakan tarif dengan tingkat yang sangat tinggi, sekitar 200%," ujar Trump dalam rapat tersebut, mengutip pernyataannya yang dilansir CNBC, 8 Juli 2025. Namun, Trump juga menyiratkan bahwa pemberlakuan tarif tidak akan dilakukan secara instan. Ia menyebut akan memberikan waktu sekitar satu hingga satu setengah tahun bagi industri untuk menyesuaikan diri.

Trump menjelaskan bahwa masa tenggang tersebut dimaksudkan agar para produsen obat bisa mulai memindahkan fasilitas produksi kembali ke dalam negeri.

"Kami akan beri mereka waktu tertentu untuk berbenah," katanya.

Rencana tarif ini diperkirakan akan memberikan pukulan besar terhadap perusahaan farmasi, terutama mereka yang selama ini bergantung pada rantai pasokan global.

Industri farmasi telah menyuarakan keprihatinan mendalam, memperingatkan bahwa tarif semacam itu dapat meningkatkan harga obat, menghambat investasi di dalam negeri, serta mengganggu distribusi obat yang pada akhirnya bisa membahayakan pasien.

Melansir CNBC, Sekretaris Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan bahwa rincian kebijakan tarif terhadap farmasi akan diumumkan pada akhir bulan. 

"Untuk farmasi dan semikonduktor, kajiannya akan selesai di akhir bulan, dan presiden akan menentukan kebijakannya setelah itu," ujar Lutnick.

Trump sebelumnya telah menggunakan kewenangan melalui Section 232 untuk mengkaji dampak impor terhadap keamanan nasional, termasuk pada sektor farmasi. Ini menjadi pernyataan terkuat Trump tentang tarif sektor farmasi sejak investigasi tersebut dimulai pada April lalu.

Beberapa analis industri merespons dengan nada hati-hati. Analis dari Leerink Partners, David Risinger, menyebut bahwa pengumuman ini bisa dipandang positif bagi pasar karena belum ada kepastian bahwa tarif akan benar-benar diberlakukan.
 

Baca Juga:
Trump Patok Tarif Impor Lagi ke 8 Negara, Brasil Paling Gede!

"Tarif tidak akan segera diterapkan, dan belum jelas apakah pemerintah akan benar-benar melaksanakannya di masa depan," tulis Risinger dalam catatannya.

Sementara itu, kelompok lobi industri farmasi terbesar di AS, PhRMA, mengulangi sikap penolakannya terhadap kebijakan tarif.

"Setiap dolar yang dihabiskan untuk tarif adalah dolar yang tidak bisa digunakan untuk produksi atau pengembangan pengobatan di masa depan," ucap Alex Schriver, Wakil Presiden Senior bidang urusan publik PhRMA, dikutip dari CNBC.

Schriver menegaskan bahwa meski industri farmasi mendukung tujuan Trump untuk menghidupkan kembali manufaktur dalam negeri, kebijakan tarif justru bisa menjadi kontra produktif.

"Industri ini telah mengumumkan ratusan miliar dolar investasi di AS, tapi menerapkan tarif pada obat-obatan akan merusak upaya tersebut," tambahnya.

Trump berdalih bahwa tarif tinggi akan menjadi insentif bagi perusahaan seperti Eli Lilly, Johnson & Johnson, dan AbbVie untuk mengalihkan kembali basis produksi mereka ke AS, setelah selama beberapa dekade sektor ini mengalami penurunan manufaktur domestik.

Meski begitu, pasar saham farmasi tetap stabil setelah pengumuman Trump, mencerminkan keraguan investor terhadap kemungkinan implementasi kebijakan ini. Mengingat riwayat Trump yang kerap berubah haluan dalam isu tarif, pelaku industri tampaknya masih menunggu kejelasan lebih lanjut dari Gedung Putih dalam beberapa pekan mendatang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)