Menguat 51 Poin Pagi Ini, Rupiah Siap Bekuk Dolar AS

Rupiah. Foto: dok BTN.

Menguat 51 Poin Pagi Ini, Rupiah Siap Bekuk Dolar AS

Husen Miftahudin • 17 February 2025 09:57

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan awal pekan ini mengalami penguatan.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 17 Februari 2025, rupiah hingga pukul 09.20 WIB berada di level Rp16.200 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebesar 51 poin atau setara 0,31 persen dari Rp16.251 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.194 per USD. Rupiah menguat sebanyak 60 poin atau setara 0,37 persen dari Rp16.254 pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali menguat.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.200 per USD hingga Rp16.260 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
 

Baca juga: Tarif Trump Dikhawatirkan Bikin Ekonomi Global Makin Lesu


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Tarif Trump

 
Menurut Ibrahim, penguatan rupiah didorong oleh berbagai sentimen seperti rencana tarif global oleh Presiden AS Donald Trump yang baru berlaku April 2025 mendatang, meredanya tensi geopolitik di Timur Tengah, hingga faktor lawatan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia.
 
"Salah satu yang membuat mata uang rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan adalah ekspektasi rencana Trump untuk tarif global timbal balik tidak akan berlaku hingga April, memberikan lebih banyak waktu untuk menghindari perang dagang," jelas Ibrahim.
 
Ibrahim mengatakan, dengan adanya kebijakan Trump tersebut, pada Februari dan Maret hingga menjelang April kemungkinan besar perang dagang akan diberhentikan sementara waktu. Faktor tersebut membuat Mata Uang Garuda mampu terkerek.
 
Penguatan rupiah turut didorong oleh ekspektasi perang Rusia dan Ukraina yang berhenti selepas rencana pertemuan Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
 
"Ada potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina, yang kemungkinan besar (tensi) geopolitik akan memudar tidak lagi akan memanas. Ini yang membuat kondisi fundamental ekonomi kemungkinan besar kembali lagi berjalan seperti normal," papar dia.
 
Kemudian, Tiongkok telah mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan puncak antara Trump dan Putin yang bertujuan untuk mengakhiri perang di Ukraina.
 
"Artinya Tiongkok walaupun sedang digadang-gadang terjadi perang dagang tetapi Tiongkok sendiri pun juga memberikan satu inisiatif untuk melakukan pertemuan antara Presiden AS dan Presiden Rusia untuk membahas tentang perang di Ukraina yang kemungkinan besar perang di Ukraina ini akan segera selesai," urai dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)