Banjarnegara dan Cilacap Catat Korban Longsor Tertinggi dalam 10 Tahun di Jateng

Kondisi rumah warga pascabencana tanah longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (16/11/2025). ANTARA/Sumarwoto/pri.

Banjarnegara dan Cilacap Catat Korban Longsor Tertinggi dalam 10 Tahun di Jateng

Lukman Diah Sari • 18 November 2025 12:26

Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan bahwa Kabupaten Banjarnegara dan Cilacap, merupakan dua wilayah dengan jumlah korban longsor terbanyak dalam kurun 10 tahun terakhir di Jawa Tengah. Temuan ini disampaikan Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam konferensi daring Disaster Briefing, Senin malam, 17 November 2025.

Abdul menjelaskan, berdasarkan catatan historis, pola kejadian longsor di Jawa Tengah cenderung berulang di kawasan tengah hingga selatan provinsi tersebut. Kondisi lingkungan yang tidak mengalami perbaikan dinilai menjadi faktor utama tingginya risiko longsor di wilayah itu.

“Tingkat kerawanan longsor tidak berubah tanpa perbaikan lingkungan. Kalau historisnya pernah terjadi, kemungkinan akan terulang lagi seperti yang saat ini terjadi,” ujar Abdul, melansir Antara.



Penanganan longsor di Cilacap, Jawa Tengah. (DOK BNPB) 

Data BNPB periode 2015–2024 menunjukkan Banjarnegara menempati posisi pertama wilayah dengan korban longsor tertinggi. Sebanyak 13.351 warga mengungsi dan 330 orang meninggal dunia akibat tanah longsor sepanjang 10 tahun terakhir.

Di posisi kedua adalah Kabupaten Cilacap dengan 9.547 warga mengungsi dan 276 korban meninggal. Setelah itu disusul Kabupaten Magelang, Wonosobo, dan Purbalingga.

Abdul menyampaikan bahwa wilayah perbukitan di Jateng memiliki struktur tanah gembur dengan porositas tinggi. Ketika hujan turun dengan durasi panjang, air memenuhi rekahan tanah hingga memicu terjadinya bidang luncuran.

Fenomena tersebut juga menjadi pemicu longsor besar yang terjadi di Desa Cibeunying, Majenang, Cilacap, pada Jumat, 14 November 2025. Bencana itu menyebabkan area longsor meluas hingga 1 kilometer dari titik runtuhan.

Hingga Senin malam, BNPB mencatat dari 23 warga dilaporkan hilang, sebanyak 16 korban ditemukan meninggal dunia, sementara 7 lainnya masih dalam pencarian.

Pentingnya Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan

Abdul mengingatkan bahwa masyarakat perlu mewaspadai tanda-tanda awal longsor, seperti munculnya retakan tanah di lereng, pohon miring, hingga suara gemeretak dari pergerakan tanah. Menurutnya, keberadaan sistem peringatan dini berbasis teknologi juga mendesak untuk direalisasikan.

“Peringatan dini berfungsi sebagai alarm bagi masyarakat untuk segera mengungsi ketika hujan deras turun,” kata Abdul.

Ia menegaskan bahwa upaya pencegahan tidak bisa dilakukan secara instan, melainkan membutuhkan langkah jangka panjang seperti penguatan vegetasi, penataan ruang yang tepat, dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kondisi geografis setempat.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Lukman Diah Sari)