Rasio Kewirausahaan RI Tertinggal Jauh dari Singapura

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Rasio Kewirausahaan RI Tertinggal Jauh dari Singapura

Naufal Zuhdi • 22 February 2025 15:27

Jakarta: Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso mengungkapkan saat ini rasio kewirausahaan Indonesia masih tergolong rendah, yakni di angka 3,4 persen. Angka tersebut, tertinggal jauh dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, bahkan Singapura.

"Rasio kewirausahaan kita itu masih kecil, 3,4 persen. Sementara kalau kita lihat Malaysia, Thailand itu sudah di atas empat persen, Singapura sudah 8,6 persen," ucap proa yang karib disapa Busan saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), dikutip Sabtu, 22 Februari 2025.

Padahal, sambung dia, untuk menjadi sebuah negara maju, rasio kewirausahaan sebuah negara paling tidak harus berkisar di antara 10-12 persen.

Oleh karenanya, Kemendag menjalin kerja sama dengan Google Indonesia meluncurkan Gemini Academy yang diharapkan bisa membantu kreativitas dan produktivitas termasuk untuk UMKM.

"Pokoknya kita usahakan dulu, kita kejar sebagus mungkin agar program ini bisa berjalan. Saya yakin UMKM kita banyak bisa ekspor," jelas dia.


Ilustrasi. Foto: Freepik

 

Baca juga: Rekor Tertinggi, Ekspor Nonmigas Indonesia ke Mesir Capai Rp24,7 Triliun
 

3 fokus Kemendag untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi


Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Fajarini Puntodewi mengungkapkan saat ini Kemendag memiliki tiga fokus program untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar tetap positif.

"Yang pertama adalah menjaga mengamankan pasar dalam negeri. Di sini banyak sekali program yang dibuat berkolaborasi dengan kementerian lainnya agar produk-produk nasional bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri," ucap dia.

Program kedua, Kemendag memiliki program perluasan pasar ekspor. Di dalam program ini, sambung dia, Kemendag melakukan pembukaan akses pasar dengan membuat perjanjian perdagangan bebas baik secara regional maupun bilateral.

"Karena dengan perjanjian-perjanjian perdagangan ini, kita bisa mendapatkan akses tarif yang lebih rendah dibandingkan tarif yang berlaku normal," papar dia.

Program ketiga, adalah UMKM Berani Inovasi Siap Adaptasi (BISA) Ekspor yang berkolaborasi dengan kementerian/lembaga serta institusi lain.

"Supaya ekosistem ekspor kita lebih kuat apalagi khususnya di dalam mendorong pertumbuhan kontribusi UMKM supaya UMKM bisa berkontribusi lebih tinggi terhadap ekspor nasional," kata dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)