Ilustrasi. Foto: Dok MI
M Ilham Ramadhan Avisena • 3 March 2025 15:55
Jakarta: Potensi produksi beras hingga 13,95 juta ton pada Januari-April 2025 berpotensi besar tercapai. Hanya, perihal cuaca perlu diwaspadai lantaran diperkirakan di periode itu akan terjadi peluang hujan dengan intensitas menengah dan tinggi.
"Ini perlu diwaspadai dan diantisipasi. Karena berpeluang membuat panen tidak optimal. Baik karena kebanjiran atau hujan terus menerus yang membuat gabah basah," ujar pengamat pertanian Khudori saat dihubungi, Senin, 3 Maret 2025.
Sejatinya potensi peningkatan produksi beras telah direncanakan dan ditargetkan jauh-jauh hari oleh pemerintah. Upaya itu, kata Khudori, telah dilakukan sejak tahun lalu. Demikian halnya saat ini, ketika sumber daya manusia dan anggaran difokuskan pada urusan padi.
(Ilustrasi beras. MI/Kristiadi)
Ada potensi kenaikan produksi beras
Karenanya tak heran jika hasil survei Kerangka Sampel Area (KSA) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) mendapati adanya potensi kenaikan produksi beras. "Justru jadi pertanyaan jika produksi tidak naik," kata Khudori.
"Secara persentase naik tinggi dibandingkan tahun lalu karena Januari-April 2024 ada El Nino yang membuat produksi jatuh. Kalau dibanding dengan produksi 4 bulan awal 2022 dan 2023 juga naik, tetapi tidak setinggi dengan 2024," tambahnya.
Potensi produksi beras yang meningkat dan stok cadangan yang besar mendorong kemungkinan Bulog tak melakukan impor tahun ini. "Tidak impor beras oleh Bulog tahun ini itu bukan semata-mata karena produksi tahun ini berpeluang naik. Tapi karena impor tahun lalu amat besar," jelas Khudori.
"Impor tahun lalu itu jadi stok tahun ini. Pertanyaan penting adalah apakah tidak impor oleh Bulog itu akan berkelanjutan? Itu yang harus dijawab pemerintah," sambungnya.
Bila pun Bulog tidak melakukan impor beras, itu bukan berarti Indonesia sama sekali tak melakukan impor. Sebab ada impor khusus atas beras yang tidak diproduksi di dalam negeri yang dilakukan oleh swasta. Umumnya, kata Khudori, impor itu berbentuk
broken rice atau menir untuk industri tepung beras.