Khawaja Asif. (Dok. Kementerian Pertahanan Pakistan)
Jakarta: Rabu, 7 Mei 2025, India meluncurkan serangan udara bertajuk "Operasi Sindoor" terhadap sembilan target di wilayah Pakistan dan Pakistan-Occupied Kashmir (PoK), yang diklaim sebagai lokasi kamp militan Lashkar-e-Taiba (LeT) dan Jaish-e-Mohammed.
Serangan ini dilaporkan sebagai respons atas serangan mematikan di Pahalgam, Kashmir, pada 22 April 2025, yang menewaskan puluhan warga sipil. Pemerintah India menyalahkan Pakistan karena dianggap memberikan perlindungan terhadap kelompok militan lintas batas.
Sebagai reaksi, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif mengonfirmasi bahwa Angkatan Udara Pakistan membalas dengan tembakan artileri ke beberapa pos India di sepanjang Line of Control. Pernyataan publik Asif menyatakan bahwa Pakistan "tidak akan diam" jika kedaulatan wilayahnya dilanggar.
Siapa Khawaja Asif, tokoh sentral Pakistan dalam konflik bersenjata terbaru ini? Berikut profil lengkapnya.
Latar Belakang dan Pendidikan
Khawaja Muhammad Asif lahir pada 9 Agustus 1949 di Sialkot, Punjab, dari keluarga berpengaruh berlatar belakang Kashmir. Ayahnya, Khawaja Muhammad Safdar, merupakan politisi senior dari Partai Muslim Pakistan (PML).
Asif menempuh pendidikan menengah di Cadet College Hasan Abdal, lalu meraih gelar sarjana dari Government College University Lahore, disusul gelar LLB dari University Law College Lahore pada tahun 1970. Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana dan memperoleh gelar master di bidang ekonomi dari London School of Economics pada tahun 1975.
Sebelum terjun ke politik, Asif bekerja sebagai bankir di Uni Emirat Arab. Ia kembali ke Pakistan pada 1991 setelah wafatnya sang ayah untuk melanjutkan kiprah politik keluarganya.
Karier Politik dan Pemerintahan
Asif memulai karier politiknya sebagai anggota Senat Pakistan pada tahun 1991. Ia terpilih sebagai anggota Majelis Nasional (National Assembly) dari Sialkot pada Pemilu 1993 dan terus memenangkan kursi di parlemen dalam berbagai pemilu hingga 2024.
Ia menjadi figur sentral dalam Partai Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N) dan menjabat sebagai Ketua Komisi Privatisasi pada periode Nawaz Sharif tahun 1997.
Selama dua dekade terakhir, Asif menduduki berbagai posisi penting di kabinet, termasuk Menteri Pertahanan (2013–2017; 2022–2023; 2024–kini), Menteri Luar Negeri (2017–2018), Menteri Air dan Tenaga Listrik (2013–2017), serta Menteri Perminyakan dan Olahraga pada 2008. Sejak Maret 2024, ia juga memegang jabatan sebagai Menteri Penerbangan Sipil.
Sebagai Menteri Pertahanan, Asif dikenal dengan sikap vokalnya terhadap kebijakan India, terutama menyangkut Kashmir dan tuduhan pelanggaran wilayah.
Pada Pemilu 2024, ia terpilih kembali dari Dapil NA-71 Sialkot-II, mengalahkan Rehana Imtiaz Dar, kandidat independen yang juga ibu dari rival lamanya, Usman Dar. Asif memperoleh 119.001 suara, dibandingkan 100.482 suara yang diraih lawannya.
Kiprahnya sempat terganggu oleh sejumlah kontroversi, termasuk diskualifikasi oleh Pengadilan Tinggi Islamabad pada 2018 karena kepemilikan izin kerja (iqama) dari UEA.
Namun, Mahkamah Agung Pakistan membatalkan keputusan tersebut dan mengizinkannya mencalonkan diri kembali. Ia juga pernah ditahan oleh Biro Akuntabilitas Nasional (NAB) pada 2020 atas dugaan aset tidak sah, tetapi kemudian dibebaskan.
Reaksi terhadap Operasi Sindoor
Setelah India meluncurkan Operasi Sindoor pada Rabu dini hari, 7 Mei 2025, Khawaja Asif menjadi tokoh pertama di pemerintahan Pakistan yang memberikan pernyataan resmi. Ia menuduh PM Narendra Modi menggunakan operasi tersebut demi kepentingan politik menjelang pemilu.
Dalam pernyataan awalnya, Asif menyatakan bahwa Pakistan "tidak akan tinggal diam" dan klaim Islamabad "tidak akan butuh waktu lama untuk membalas"."
Namun, dalam wawancara dengan Bloomberg TV pada hari yang sama, ia membuka kemungkinan deeskalasi dengan India.
"Semua tergantung India. Ini dimulai oleh mereka, dan kami hanya merespons. Jika mereka mundur, kami akan menyudahi ini," ujar Asif. Ia menekankan bahwa Pakistan tidak ingin memulai permusuhan, tetapi jika diserang, mereka wajib merespons.
Ia juga mengklaim bahwa beberapa jet tempur India telah berhasil ditembak jatuh, meskipun pernyataan tersebut dibantah oleh pemerintah India. Sementara itu, komunitas internasional menyerukan de-eskalasi dan perundingan damai antara kedua negara bertetangga yang bersenjata nuklir.
Di tengah ketegangan geopolitik terbaru antara India dan Pakistan, Khawaja Asif tampil sebagai figur sentral dalam menyusun respons militer Pakistan. Dengan pengalaman panjang dalam pemerintahan dan sikap tegas terhadap isu pertahanan nasional, perannya akan terus menjadi sorotan dalam dinamika kawasan Asia Selatan yang semakin memanas.