Gedung Krakatau Steel. Foto: X @_krakatausteel
Achmad Zulfikar Fazli • 16 October 2025 15:33
Jakarta: Kondisi Krakatau Steel (KS) dinilai telah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Bahkan perusahaan BUMN tersebut diyakini akan lebih cerah dan kembali menjadi tulang punggung industri baja nasional.
”Saya cukup optimis, karena sekarang Krakatau Steel sudah berada di jalur yang jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Bahkan tidak hanya pulih, namun saya yakin bahwa KS juga kembali menjadi tulang punggung industri baja nasional,” kata Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Andry Satrio Nugroho, dalam keterangannya, Kamis, 16 Oktober 2025.
Salah satu indikatornya, jelas Andry, adalah restrukturisasi besar yang sudah dilakukan, termasuk keberhasilan melakukan haircut utang hampir USD156 juta dengan empat bank swasta. Menurut dia, langkah ini menunjukkan tekanan keuangan mulai berkurang dan ruang gerak perusahaan menjadi lebih luas untuk fokus pada bisnis intinya.
Tak kalah penting, kunci keberlangsungan Krakatau Steel sebagai industri baja strategis ialah dukungan modal kerja. Penyediaan modal kerja merupakan kebutuhan mendesak agar perusahaan dapat mengoperasikan fasilitas produksi secara efisien dan berkelanjutan.
Hal ini, kata dia, dialokasikan untuk kegiatan produktif seperti pembelian bahan baku, peningkatan efisiensi produksi, dan transformasi bisnis anak usaha.
“Artinya, orientasi KS saat ini bukan sekadar bertahan hidup, tetapi membangun fondasi pertumbuhan baru agar dapat menghasilkan laba secara berkelanjutan mulai 2026,” jelas Andry.
Prospek bisnis Krakatau Steel juga dinilai sangat menjanjikan. Andry melihat dalam konteks ekonomi ke depan, kebutuhan baja dalam negeri terus meningkat seiring percepatan pembangunan infrastruktur dan hilirisasi industri.
“Per tahunnya kurang lebih kebutuhan domestik kita di kisaran 21 juta ton,” ucap Andry.
Dia yakin selama bisa menjaga momentum transformasi, Krakatau Steel tidak hanya akan pulih. Tapi, mampu kembali menjadi tulang punggung industri baja nasional.
Namun, lanjut dia, pemerintah harus memberikan perlindungan yang memadai dari praktik perdagangan yang tidak adil, serta memberikan kesempatan untuk terlibat dalam proyek strategis yang menguntungkan.
Upaya Penyelamatan Krakatau Steel

Andry berharap upaya penyelamatan Krakatau Steel bisa dilakukan sesegera mungkin. Apalagi, industri baja merupakan ibu industri atau fondasi dari seluruh kegiatan ekonomi.
Hampir semua sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi, mulai dari infrastruktur, transportasi, konstruksi, energi, sampai manufaktur, semuanya bergantung pada baja.
“Jadi ketika industri baja nasional seperti Krakatau Steel bisa bertahan dan tumbuh, efek berantainya sangat besar terhadap perekonomian secara keseluruhan,” ujar Andry.
Selain itu, penting melihat dari sisi kemandirian ekonomi. Jika industri baja dalam negeri lemah dan terlalu bergantung pada impor, bukan hanya neraca perdagangan yang terganggu, tetapi daya saing industri nasional juga ikut tergerus.
“Karena itu, penyelamatan industri baja bukan sekadar menyelamatkan satu perusahaan, melainkan menjaga agar seluruh rantai industri tetap berjalan dan program besar seperti hilirisasi atau pembangunan infrastruktur tetap memiliki demand creation bagi industri baja kita,” ujar Andry.
Terpisah, pengamat BUMN Toto Pranoto menilai positif upaya restrukturisasi utang Krakatau Steel. ”Kalau saat ini Karakatau Steel mendapatkan ‘kemudahan’ lagi dari para kreditur perbankannya, saya kira merupakan satu peluang agar ke depan KS bisa menata organisasi dengan lebih baik,” kata Toto.
Selain restrukturisasi utang, Toto sepakat Krakatau Steel harus mendapat dukungan penuh dari Danantara. Dalam hal ini, Danantara harus memosisikan Karakatau Steel sebagai salah satu industri strategis yang memang harus diperkuat.
”Jadi kalau kondisinya sulit, kemudian bisa dapat relaksasi dari bank, kemudian ada kebutuhan modal kerja, ya seoptimal mungkin Danantara seharusnya hadir. Saya kira akan sia-sia proses restrukturisasi yang sudah dicapai Krakatau Steel ini jika ke depan tidak bisa menjalankan operasi karena tidak punya modal kerja. Akan cukup repot nanti jika kita tidak punya industri strategis seperti Krakatau Steel,” jelas Toto.