Prajurit Thailand bersiaga di area yang berbatasan dengan Kamboja. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 26 July 2025 14:29
Phnom Penh: Bentrokan bersenjata antara Kamboja dan Thailand memasuki hari ketiga pada Sabtu, 26 Juli 2025, dengan jumlah korban tewas bertambah menjadi sedikitnya 33 orang. Angka kematian ini menjadikannya konflik paling mematikan antara Kamboja dan Thailand dalam lebih dari satu dekade.
Mengutip dari France 24, Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan bahwa delapan warga sipil dan lima tentara tewas, sementara 71 lainnya terluka akibat serangan darat dan udara.
Di pihak Thailand, militer menyatakan bahwa total 20 orang tewas, terdiri dari 14 warga sipil dan enam tentara, termasuk lima yang gugur pada Jumat.
Pertempuran dipicu sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama, dan kali ini melibatkan pesawat jet tempur, artileri berat, tank, dan pasukan infanteri sejak Kamis. Pertempuran ini bahkan mendorong Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan darurat pada Jumat.
Menurut otoritas Thailand dan Kamboja, baku tembak terbaru terjadi sekitar pukul 05.00 pagi waktu setempat, dengan Kamboja menuduh Thailand menembakkan lima peluru artileri berat ke wilayah Pursat, yang berbatasan dengan provinsi Trat di Thailand.
Lebih dari 138.000 warga telah dievakuasi dari wilayah perbatasan Thailand, sementara di Kamboja lebih dari 35.000 warga kehilangan tempat tinggal.
Setelah pertemuan tertutup di New York, Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, mengatakan negaranya mendesak “gencatan senjata segera dan tanpa syarat,” serta menyerukan penyelesaian damai atas konflik tersebut.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, mengatakan Bangkok siap berdialog, termasuk melalui mediasi Malaysia.
“Kami terbuka untuk menyelesaikan ini secara diplomatik, baik bilateral maupun dengan bantuan Malaysia. Namun sejauh ini belum ada respons dari pihak Kamboja,” ujar Balankura.
Thailand juga menuduh pasukan Kamboja menargetkan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan SPBU, dalam serangan roket mereka. Kamboja membalas dengan tudingan bahwa Thailand telah menggunakan munisi curah (cluster munitions), senjata yang dilarang di banyak negara karena membahayakan warga sipil.
PM sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, memperingatkan bahwa situasi dapat “berkembang menjadi perang” jika tidak segera dikendalikan.
Konflik ini merupakan eskalasi besar dari sengketa lama di sepanjang perbatasan sepanjang 800 kilometer antara kedua negara. Wilayah-wilayah sengketa sempat memicu pertempuran pada 2008 hingga 2011 yang menewaskan sedikitnya 28 orang.
Putusan Mahkamah Internasional pada 2013 sempat meredakan ketegangan, namun bentrokan kembali meletus pada Mei tahun ini setelah seorang tentara Kamboja tewas.
Baca juga: Thailand Tuduh Kamboja Tembakkan Peluru Artileri 'Nyasar' ke Laos