Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno dalam Forum Diskusi Denpasar 12 (FDD12), Jakarta, Rabu, 22 Januari 2025. (YouTube / Forum Diskusi Denpasar 12)
Jakarta: Indonesia telah secara resmi bergabung dengan BRICS pada 6 Januari 2025. BRICS adalah aliansi ekonomi global beranggotakan negara-negara berkembang besar, yaitu Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan
Satu pertanyaan besar berkecamuk di benak banyak pihak: apa sebenarnya manfaat yang didapat Indonesia dari keanggotaan BRICS?
“Ini merupakan bagian dari strategi kita untuk menghadapi perkembangan dunia yang semakin tidak menentu,” ucap Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno dalam Forum Diskusi Denpasar 12 (FDD12), Jakarta, Rabu, 22 Januari 2025.
Secara substansi, lanjut Havas, banyak peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia melalui keberadaan BRICS. Pertama, tentu saja Indonesia dapat menjalin atau memperkuat perjanjian dagang dengan negara-negara anggota BRICS.
Perjanjian dagang yang sudah terjalin dengan anggota BRICS, semisal Tiongkok, dapat lebih diperkuat lagi melalui aliansi ini.
Menurut Havas, Indonesia juga dapat memasukkan pemikiran-pemikiran kerja sama ekonomi yang lebih terstruktur kepada beberapa negara anggota yang jalinan kerja sama dagangnya belum terlalu optimal, semisal dengan India atau Brasil.
Norma dan Standar Baru
Kedua, Indonesia juga berpeluang mendorong penyusunan berbagai norma atau standar baru di bidang perdagangan global melalui BRICS. Hal ini bermanfaat untuk melawan penerapan standar dagang yang kurang menguntungkan Indonesia, seperti standar
Uni Eropa perihal berbagai komoditas seperti minyak sawit, kedelai, kopi, karet, daging sapi dan kayu.
Saat sudah disepakati bersama nanti di BRICS, standar-standar baru di bidang komoditas ini dapat diangkat lagi ke level internasional melalui sertifikasi Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).
“Kalau sudah menjadi standar internasional di FAO, kita bisa gugat Uni Eropa di WTO, bahwa aturan Uni Eropa ini tidak sesuai dengan standar internasional,” tutur Havas, merujuk pada Organisasi Perdagangan Dunia.
“Peluang-peluang itu harus kita cari, agar kita bisa mengedepankan kepentingan kita di kancah global,” pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan bahwa semua langkah kerja sama global Indonesia, termasuk bergabung ke aliansi BRICS, diambil dengan memperhatikan aspek perlindungan, kesejahteraan, dan perdamaian dunia.
"Kita yakin apa yang dikerjakan pasti memberikan manfaat dari berbagai aspek, bukan ekonomi semata," tutur Lestari Moerdijat.
"Aspek perlindungan, kesejahteraan, dan perdamaian dunia merupakan basis perluasan dari kerja sama global tersebut, sehingga memberikan manfaat bagi kita, dengan tetap berada di dalam koridor konstitusi Indonesia," ungkapnya.
Baca juga:
Soal Putusan WTO, Pemerintah RI Siap Hadapi Jika Uni Eropa Ajukan Banding Lagi