Pasukan Israel dalam operasi darat di Gaza. Foto: EFE-EPA
Fajar Nugraha • 21 August 2025 09:51
Gaza: Militer Israel memulai fase awal operasi darat untuk merebut Kota Gaza, basis perkotaan terbesar Hamas, di tengah upaya perundingan gencatan senjata yang digagas mediator internasional.
“Kami telah memulai operasi pendahuluan dan tahap pertama serangan ke Kota Gaza. Saat ini pasukan IDF telah menguasai pinggiran kota,” ujar juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin, seperti dikutip India Today, Kamis, 21 Agustus 2025.
Bersamaan dengan pengumuman itu, Israel memanggil puluhan ribu pasukan cadangan, sinyal kuat bahwa Tel Aviv berniat melanjutkan ofensif meski menghadapi tekanan dan kritik internasional.
Dalam pernyataannya, Defrin menyebut Hamas kini hanyalah “kekuatan gerilya yang babak belur” dan berjanji akan menggencarkan serangan. Namun, Hamas menuding Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai penghalang utama kesepakatan damai.
“Pengabaian Netanyahu terhadap usulan mediator membuktikan bahwa dialah penghambat nyata dari setiap perjanjian,” tulis Hamas melalui kanal Telegram.
Sebelumnya, seorang pejabat militer Israel sempat mengatakan pasukan cadangan baru akan aktif pada September, memberi ruang bagi negosiasi. Namun setelah bentrokan kembali pecah di dalam Gaza, kantor Netanyahu mempercepat rencana merebut benteng-benteng Hamas.
Pada awal bulan ini, kabinet keamanan Israel menyetujui perluasan operasi militer ke Kota Gaza. Menurut militer, sekitar 75 persen wilayah Jalur Gaza kini berada di bawah kendali mereka.
Perang berkecamuk sejak 7 Oktober 2023, ketika serangan bersenjata Hamas menewaskan 1.200 orang di Israel selatan dan menyandera 251 orang. Hingga kini, pemerintah Israel meyakini hanya sekitar 20 dari 50 sandera yang masih hidup.
Kementerian Kesehatan Gaza menyebut lebih dari 62.000 warga Palestina tewas sejak perang dimulai, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Data itu tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang bersenjata.
Mediator internasional menyatakan Hamas telah menyetujui proposal gencatan senjata selama 60 hari dengan pertukaran tahanan: sebagian sandera Israel dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina. Namun, pemerintah Netanyahu menuntut semua sandera dilepaskan sekaligus.
Sementara itu, ketegangan meningkat setelah Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, tokoh sayap kanan dalam koalisi Netanyahu, menyetujui proyek baru permukiman di Tepi Barat yang diduduki. Langkah ini dikecam luas oleh komunitas internasional karena dianggap menutup peluang pembentukan negara Palestina.
Sejumlah pemimpin dunia menyerukan Israel menahan diri dari serangan penuh ke Kota Gaza, memperingatkan potensi jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar. Otoritas Israel mengatakan jalur aman bagi evakuasi warga akan dibuka sebelum operasi memasuki jantung kota.