Peresmian groundbreaking proyek hilirisasi timah di Batam. Foto: Dokumen Kementerian Investasi
Putri Anisa Yuliani • 27 January 2025 08:20
Jakarta: Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mendorong PT Batam Timah Sinergi (BTS) dan PT Tri Charislink Indoasia (TCI) menarik lebih banyak investor sebagai offtaker produk olah timah.
Hal itu dikatakan Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu usai meresmikan groundbreaking proyek hilirisasi timah di Batam, dengan nilai penanaman modal mencapai Rp1,2 triliun.
"Kami juga mendorong BTS dan TCI untuk menarik lebih banyak investor yang menjadi offtaker produk mereka, sehingga tercipta ekosistem industri timah yang berkelanjutan,” kata dia dilansir Media Indonesia, Senin, 27 Januari 2025.
Todotua mengatakan pihaknya berkomitmen mendukung percepatan perizinan, pengawalan realisasi investasi, dan pengembangan sumber daya manusia lokal.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu. Foto: Istimewa
Menurutnya, acara peresmian yang digelar pada 24 Januari itu, menjadi momen penting transformasi industri timah nasional, mengingat fasilitas ini nantinya menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
Ia mengatakan PT Cipta Persada Mulia, sebagai induk usaha kedua perusahaan tersebut, memiliki peran strategis dalam industri timah nasional.
Aktivitas perusahaan mencakup kegiatan pertambangan bijih timah melalui izin usaha pertambangan (IUP) serta produksi tin ingot di smelter miliknya.
"Produk tin ingot tersebut kemudian diolah lebih lanjut oleh BTS untuk produksi tin chemical dan oleh TCI untuk pengembangan tin solder serta tin heat stabilizer," kata Todotua.
Lebih lanjut, selain mendukung hilirisasi, proyek ini juga mendukung pemerataan pembangunan industri ke luar Pulau Jawa. Lokasi strategis Kota Batam yang dekat dengan jalur perdagangan internasional, ditambah dengan infrastruktur logistik yang memadai, memberikan keunggulan dalam efisiensi ekspor-impor komponen.
"Indonesia, sebagai negara dengan cadangan timah terbesar kedua di dunia, harus mampu memanfaatkan sumber daya ini secara optimal untuk meningkatkan nilai tambahnya. Hilirisasi komoditas timah di Indonesia diperlukan untuk dapat menyerap produksi tin ingot dalam negeri serta mengembangkan industri hilir yang memiliki potensi pasar global yang tinggi,” ungkap Todotua.