Truk yang membawa bantuan ke Gaza sering diserang kelompok sayap kanan Israel. Foto: CNN
Fajar Nugraha • 29 August 2025 06:45
Gaza: PBB mengatakan bahwa hampir separuh misi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza diblokir, dihambat, atau ditunda oleh Israel dalam seminggu terakhir.
Mengutip Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), juru bicara Stephane Dujarric mengatakan "penundaan dan hambatan pergerakan kemanusiaan di Gaza terus berlanjut, dengan pergerakan yang disetujui oleh otoritas Israel masih membutuhkan waktu berjam-jam untuk diselesaikan."
"Tim-tim terpaksa menunggu di jalan yang seringkali berbahaya, macet, atau tidak dapat dilalui," tambah Dujarric, seperti dikutip dari Anadolu, Jumat 29 Agustus 2025.
Mencatat bahwa "dari 89 upaya koordinasi pergerakan dengan otoritas Israel di Jalur Gaza, hanya 59% yang difasilitasi" antara Rabu dan Selasa lalu, Dujarric melaporkan bahwa "26% lainnya awalnya disetujui tetapi kemudian dihambat di lapangan; 8% ditolak mentah-mentah dan 7% harus ditarik oleh penyelenggara."
Ia mengatakan di antara 23 pergerakan yang terhambat, lima akhirnya terlaksana, termasuk misi pengumpulan pasokan dari penyeberangan dan evakuasi pasien. Namun, 18 sisanya tidak terlaksana, tambahnya.
Mengenai situasi kemanusiaan, Dujarric mengatakan rekan-rekan PBB "sangat prihatin dengan risiko serangan Israel yang membayangi wilayah-wilayah lain di Kota Gaza," menekankan bahwa "dampak serangan besar-besaran akan sangat dahsyat, tidak hanya bagi mereka yang berada di kota itu tetapi juga bagi seluruh Jalur Gaza."
Menurut Dujarric, tim pelacakan populasi PBB mengindikasikan sekitar 1.300 orang mengungsi dari Gaza utara ke selatan pada hari Senin dan Selasa, sehingga jumlah pergerakan dari utara ke selatan sejak 14 Agustus, ketika rencana ofensif Israel diumumkan, menjadi 20.000 orang.
Secara keseluruhan, sekitar 60.000 pengungsian warga Palestina dari Kota Gaza telah tercatat, ujarnya.
"Di seluruh Jalur Gaza, ratusan ribu keluarga masih hidup dalam kondisi yang penuh sesak, tidak bermartabat, dan tidak aman di lokasi-lokasi pengungsian," tambah Dujarric.