Emas batangan. Foto: dok MIND ID.
New York: Harga emas stabil di kisaran USD3.020-an per ounce sekitar Rp50,2 juta (kurs Rp16.623 per USD) pada Rabu pagi setelah sempat naik ke USD3.030-an pada Selasa, didukung oleh kekhawatiran terkait tarif dan penurunan dolar AS. Kenaikan ini terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan spekulasi terhadap kebijakan tarif baru dari Presiden Donald Trump.
Dilansir dari Investing.com, Trump baru-baru ini mengusulkan penggunaan strategi tarif dua langkah, yang berusaha memperkuat rezim tarif timbal baliknya dalam kerangka hukum yang lebih solid.
Pengaruh ekonomi AS dan tarif
Dolar AS juga rebound tipis ke 104,24, dan secara umum tetap berada di sekitar level tertinggi tiga minggunya ketika investor menimbang data ekonomi, komentar dari Federal Reserve, dan dampak potensial dari tarif yang akan datang.
Survei kepercayaan konsumen CB terbaru menunjukkan penurunan signifikan untuk bulan keempat berturut-turut, mencapai titik terendah dalam 12 tahun. Sementara itu, aktivitas bisnis AS mencatat rebound pada sektor jasa, meskipun masih ada kelemahan dalam sektor manufaktur.
(Ilustrasi emas. Foto: Unplash)
Gubernur Fed Adriana Kugler dan Presiden Fed New York John Williams menyoroti kekhawatiran inflasi barang yang terus meningkat dan ketidakpastian ekonomi yang meningkat di kalangan perusahaan dan konsumen. Imbal hasil riil AS turun, yang secara tradisional berkorelasi terbalik dengan harga emas, sehingga mendukung kenaikan logam mulia ini.
Konteks geopolitik dan respons pasar
Sementara itu, perkembangan geopolitik menambah ketegangan, ketika berita mengenai upaya gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina muncul. Kesepakatan ini diharapkan dapat menghidupkan kembali perjanjian Gandum Laut Hitam, membuka kembali jalur perdagangan produk pertanian Ukraina ke pasar global.
Selain itu, pasar menunjukkan ketidakpastian terkait perkembangan lebih lanjut dalam kebijakan perdagangan AS, yang dapat memicu pergolakan ekonomi lebih lanjut.
Walaupun pasar uang telah memperhitungkan kemungkinan pelonggaran dari Fed pada 2025, situasi stagflasi yang dihadapi AS menjadi kekhawatiran utama setelah kepercayaan konsumen mencapai titik terendah dalam empat tahun.