Warga Israel di Tel Aviv Turun ke Jalan Desak Diakhirinya Perang Gaza

Warga Israel turun ke jalan desak diakhirinya perang di Gaza. Foto: Anadolu

Warga Israel di Tel Aviv Turun ke Jalan Desak Diakhirinya Perang Gaza

Muhammad Reyhansyah • 18 August 2025 11:45

Tel Aviv: Puluhan ribu demonstran berkumpul pada Minggu malam 17 Agustus 2025 di Tel Aviv, Israel untuk menyerukan diakhirinya perang di Gaza dan pembebasan sandera. Ini adalah salah satu demonstrasi terbesar di Israel sejak dimulainya pertempuran pada Oktober 2023.

Unjuk rasa tersebut merupakan puncak dari protes nasional selama sehari dan pemogokan umum untuk menekan pemerintah agar menghentikan kampanye militer.

"Bawa mereka (sandera) semua pulang! Hentikan perang!" teriak kerumunan besar yang berkumpul di "Lapangan Sandera" di alun-alun Tel Aviv – titik fokus para pengunjuk rasa selama perang.

The Hostage and Missing Families Forum, penggagas protes hari itu, memperkirakan sekitar 500.000 orang bergabung dalam demonstrasi malam di Tel Aviv – angka yang belum dikonfirmasi oleh polisi.

"Kami menuntut kesepakatan yang komprehensif dan dapat dicapai serta diakhirinya perang. Kami menuntut apa yang menjadi hak kami – anak-anak kami," kata Einav Zangauker, ibu dari sandera Matan dan tokoh utama gerakan protes tersebut, seperti dikutip dari AFP, Senin 18 Agustus 2025.

"Pemerintah Israel telah mengubah perang yang adil menjadi perang yang sia-sia," ujar Einav Zangauker kepada massa.

Media nasional menerbitkan pesan video Matan Zangauker pada hari Minggu, di mana sang sandera, yang lemah dan kurus kering, berbicara kepada keluarganya dan mengatakan bahwa ia merindukan mereka. Video tersebut direkam oleh Hamas dan ditemukan di Gaza oleh tentara.

"Ini mungkin menit terakhir yang kami miliki untuk menyelamatkan para sandera," kata demonstran Ofir Penso, 50 tahun, kepada AFP.


Hari protes

Protes ini terjadi lebih dari seminggu setelah kabinet keamanan Israel menyetujui rencana untuk merebut Kota Gaza, 22 bulan setelah perang yang telah menciptakan kondisi kemanusiaan yang mengerikan di wilayah Palestina tersebut.

Kelompok kampanye The Hostage and Missing Families Forum pada hari Minggu berjanji bahwa para pengunjuk rasa akan "menutup negara" dengan tujuan membawa kembali para sandera dan mengakhiri perang.

Di seluruh negeri, para demonstran memblokir jalan raya, membakar ban, dan bentrok dengan polisi. Lebih dari 30 pengunjuk rasa ditangkap, kata aparat penegak hukum.

Namun, di banyak tempat, jurnalis AFP melihat bisnis-bisnis tetap berjalan tanpa hambatan. Sementara di distrik perbelanjaan utama Yerusalem, bisnis berjalan seperti biasa.

Seorang asisten toko di pusat kota mengatakan bahwa pemiliknya mendukung kampanye untuk memulangkan para sandera tetapi memilih untuk tidak berpartisipasi dalam aksi mogok tersebut.

"Semua orang membantu semampu mereka," kata pekerja toko tersebut, menolak menyebutkan namanya.

Netanyahu mengecam para pengunjuk rasa, dengan mengatakan tindakan mereka "tidak hanya memperkeras posisi Hamas dan menunda pembebasan sandera kami, tetapi juga memastikan terulangnya kembali kengerian 7 Oktober".

Mesir mengatakan dalam beberapa hari terakhir para mediator memimpin upaya baru untuk mengamankan kesepakatan gencatan senjata 60 hari yang mencakup pembebasan sandera, setelah putaran terakhir perundingan di Qatar berakhir tanpa hasil.

Beberapa anggota pemerintah Israel yang menentang kesepakatan apa pun dengan Hamas mengecam demonstrasi hari Minggu.

Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, mengecam "kampanye yang jahat dan berbahaya yang menguntungkan Hamas" dan menyerukan "penyerahan diri".

Namun, Benny Gantz, pemimpin oposisi, mengecam pemerintah karena "menyerang keluarga para sandera" sementara "bertanggung jawab atas penahanan anak-anak mereka oleh Hamas selama hampir dua tahun".

"Orang Israel tidak semuanya sama. Ada sebagian besar ... yang menentang kebijakan resmi," tambahnya di tengah kerumunan pengunjuk rasa, beberapa di antaranya membawa bendera bertuliskan "681", jumlah hari para sandera disandera di Gaza.

Polisi mengatakan lebih dari 30 pengunjuk rasa telah ditangkap.

Para penyelenggara telah menyerukan pemogokan umum pada hari pertama minggu kerja di Israel. Meskipun demikian, kegiatan di distrik perbelanjaan utama Yerusalem tetap berjalan seperti biasa.

Bahaya kelaparan

Rencana Israel untuk memperluas perang ke Kota Gaza dan kamp-kamp pengungsi di sekitarnya telah memicu kecaman internasional serta oposisi domestik.

Pada Minggu, kepala staf militer Israel, Letnan Jenderal Eya Zamir, mengatakan bahwa tentara sedang melanjutkan rencana yang "berfokus pada Kota Gaza".

Hamas memperingatkan bahwa hal itu akan mengakibatkan "gelombang baru pemusnahan dan pengungsian massal".

Radio Angkatan Darat mengatakan penduduk akan dievakuasi sebelum pasukan mengepung dan merebut Kota Gaza dalam beberapa minggu mendatang, dengan puluhan ribu pasukan cadangan dikerahkan.

Para pakar yang didukung PBB telah memperingatkan tentang bencana kelaparan yang meluas di wilayah tersebut, di mana Israel telah sangat membatasi jumlah bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)