Presiden AS Donald Trump bertemu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky pada tahun 2024. (X/@ZelenskyyUa)
Willy Haryono • 13 May 2025 07:01
Washington: Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesediaannya bergabung dalam pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina yang direncanakan berlangsung di Turki akhir pekan ini. Langkah ini muncul di tengah dorongan dari negara-negara Eropa agar Kremlin menyetujui gencatan senjata selama 30 hari di wilayah konflik.
Trump menyampaikan pernyataan tersebut pada Senin kemarin, sehari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut bahwa dirinya akan berangkat ke Istanbul untuk menunggu kesediaan Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pertemuan langsung.
Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih sebelum keberangkatannya untuk kunjungan luar negeri, Trump menilai pembicaraan di Istanbul bisa menjadi momen penting. Ia membuka kemungkinan hadir di sana pada Kamis, bersamaan dengan agendanya ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
“Saya punya banyak pertemuan, tapi saya sempat berpikir untuk terbang ke sana. Ada kemungkinan, kalau menurut saya, memang bisa terjadi sesuatu. Tapi ini harus benar-benar kita selesaikan," ujar Trump, menandai lawatan luar negeri keduanya sejak memulai masa jabatan keduanya sebagai presiden pada Januari lalu.
"Jangan remehkan hari Kamis nanti di Turki," tambahnya, dikutip dari Japan Times, Selasa, 13 Mei 2025.
Sementara itu, dalam pidato malamnya, Zelensky menyampaikan bahwa serangan Rusia masih terus berlangsung di garis depan. Ia juga menyesalkan belum adanya tanggapan dari Moskow terkait tawaran dialog langsung.
"Penembakan dan serangan dari Rusia terus berlanjut," tutur Zelensky.
"Sepanjang hari ini, Moskow belum memberikan respons apa pun soal tawaran pertemuan langsung. Sebuah keheningan yang sangat aneh,” lanjutnya.
Meski demikian, jalur diplomatik tetap terbuka. Zelensky dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, telah berdiskusi mengenai kemungkinan pertemuan tersebut.
Zelensky menyebut bahwa pertemuan langsung dengan Putin bisa menjadi langkah signifikan untuk mengakhiri perang. Erdogan menggambarkan kesempatan ini sebagai "jendela baru" yang tidak boleh disia-siakan.
Di sisi lain, pemerintah Jerman mengultimatum Rusia. Jika Kremlin tidak mematuhi gencatan senjata 30 hari hingga akhir hari Senin, negara-negara Eropa akan mulai menyusun sanksi baru terhadap Moskow.
Situasi terus berkembang dan hari-hari ke depan akan menjadi penentu arah diplomasi dalam konflik Rusia-Ukraina yang telah berlangsung lebih dari dua tahun.
Baca juga: Didesak Trump, Zelensky Akhirnya Bersedia Bertemu Putin di Turki