Presiden AS, Donald Trump, di hotel Hyatt Regency 13 November 2024. (EFE/EPA/ALLISON ROBBERT / POOL)
Washington DC: Pada Kamis, 17 Juli 2025, Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (79) didiagnosis menderita penyakit chronic venous insufficiency (CVI) atau insufisiensi vena kronis. Pernyataan resmi ini disampaikan setelah Trump menjalani pemindaian Doppler akibat pembengkakan pada kedua kakinya yang berlangsung selama beberapa minggu terakhir.
"Pemeriksaan menunjukkan bahwa Presiden Trump memiliki insufisiensi vena kronis, suatu kondisi umum dan jinak yang kerap terjadi pada individu lanjut usia," ujar Sekretaris Pers Karoline Leavitt, dikutip dari CNN. Ia menambahkan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda trombosis vena dalam (DVT) maupun penyakit arteri. Semua hasil laboratorium juga berada dalam batas normal.
Lantas, apa sebenarnya CVI? Berikut penjelasannya:
Pengertian Chronic Venous Insufficiency
Melansir National Institutes of Health melalui StatPearls, CVI adalah kondisi medis kronis di mana darah mengalami kesulitan untuk kembali dari tungkai bawah menuju jantung akibat terganggunya fungsi katup vena.
Dalam keadaan normal, katup-katup di dalam pembuluh vena mencegah darah mengalir mundur ke bawah karena pengaruh gravitasi. Namun pada penderita CVI, katup ini melemah atau rusak sehingga darah mengalir balik dan tertahan di kaki.
Kondisi ini mengakibatkan hipertensi vena kronis—tekanan tinggi di dalam pembuluh darah vena—yang memicu berbagai perubahan patologis. Gejala dapat meliputi pembengkakan (edema), nyeri, rasa berat di kaki, hingga perubahan pada kulit seperti hiperpigmentasi, eksim, atau bahkan luka kronis (ulkus) yang sulit sembuh.
Jika tidak ditangani dengan benar, CVI dapat berkembang secara progresif dan menyebabkan komplikasi berat, termasuk sindrom pasca-tromboflebitis dan ulkus vena.
Chronic venous insufficiency merupakan penyakit yang cukup umum, terutama pada populasi usia lanjut. Di AS saja, diperkirakan sekitar 150.000 kasus baru CVI terdiagnosis setiap tahun, dengan biaya perawatan yang mencapai hampir 500 juta dolar. Penyakit ini juga berkaitan erat dengan penurunan produktivitas dan kualitas hidup penderitanya.
Gejala dan Komplikasi
Gejala utama CVI antara lain:
- Edema (pembengkakan) di kaki
- Rasa berat, pegal, atau nyeri yang memburuk saat berdiri lama
- Varises
- Perubahan warna kulit, terutama di sekitar pergelangan kaki
- Luka terbuka (ulkus) yang sulit sembuh
Jika tidak diobati, kondisi ini dapat berkembang menjadi komplikasi serius seperti ulkus vena kronis, infeksi, thrombophlebitis, bahkan deep vein thrombosis (DVT).
Penyebab dan Faktor Risiko
CVI sering kali disebabkan oleh kombinasi dari:
- Refluks vena (aliran darah balik)
- Obstruksi aliran darah vena
- Gangguan fungsi pompa otot betis
Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami CVI mencakup:
- Usia lanjut (di atas 55 tahun)
- Riwayat keluarga dengan varises atau penyakit vena
- Obesitas
- Riwayat DVT atau cedera kaki
- Kehamilan
- Gaya hidup sedentari (kurang bergerak)
- Pekerjaan yang mengharuskan berdiri atau duduk lama
Penanganan dan Prognosis
Pengelolaan CVI bergantung pada tingkat keparahan. Strategi utama adalah:
- Terapi konservatif: penggunaan stoking kompresi, elevasi kaki, olahraga, dan manajemen berat badan
- Terapi medis: obat-obatan untuk meningkatkan aliran darah
- Intervensi prosedural: sclerotherapy, ablasi endovenous dengan laser atau radiofrekuensi, hingga operasi ligasi atau rekonstruksi katup vena
CVI merupakan kondisi kronis yang membutuhkan kepatuhan jangka panjang terhadap terapi. Tanpa pengelolaan yang tepat, penderita berisiko mengalami penurunan kualitas hidup yang signifikan.
Diagnosis CVI pada Donald
Trump menyoroti pentingnya kesadaran terhadap kondisi pembuluh darah yang kerap dianggap sepele. CVI bukan hanya masalah kosmetik berupa varises, tetapi kondisi medis yang dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani sejak dini.