Populer Ekonomi: Indonesia Dikenai Tarif 19% hingga Garuda Mulai Bahas Pembelian 50 Pesawat Boeing

Jakarta: Pemberitaan mengenai pengenaan tarif dagang Indonesia sebesar 19 persen oleh Amerika Serikat (AS) menjadi berita paling populer di Kanal Ekonomi Metrotvnews.com, Kamis, 17 Juli 2025. Selain itu ada pemberitaan mengenai Garuda mulai membahas pembelian 50 pesawat Boeing.

Berikut berita paling populer di Kanal Ekonomi Metrotvnews.com:

1. Indonesia Dikenai Tarif 19% oleh AS, Gagal Nego atau Untung?

Tenaga ahli utama Kantor Komunikasi Kepresidenan Fitra Faisal menyebut pengenaan tarif dagang Indonesia sebesar 19 persen adalah kemenangan pertama. Ia menyebut selain memiliki tarif paling rendah di Asia, hal tersebut juga menandakan produk ekspor Indonesia memiliki keunggulan.

Baca selengkapnya di sini

2. Tindak Lanjut Negosiasi Tarif Trump, Garuda Mulai Bahas Pembelian 50 Pesawat Boeing

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk  (GIAA) menyatakan tengah melanjutkan komunikasi intensif dengan produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS), Boeing, untuk membahas detail kebutuhan armada baru. Rencananya, Pemerintah Indonesia membeli 50 unit pesawat Boeing sebagai syarat kesepakatan tarif bea masuk dengan AS.

Baca selengkapnya di sini

3. Trump Membantah Ingin Pecat Ketua Fed

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan akan memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Lewat sumber dari pejabat senior Gedung Putih, keinginan itu dikatakan Trump kepada anggota parlemen Republik.

Baca selengkapnya di sini

4. Meski Sudah 'Disunat', BI Masih Buka Ruang Pangkas Suku Bunga Lagi

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pihaknya melihat ruang untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan (BI Rate) guna mendorong pertumbuhan kredit dan menopang pemulihan ekonomi nasional. Pada Rapat Dewan Gubernur Juli 2025, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen.

Baca selengkapnya di sini

5. 3 Hal Ini Mengancam Stabilitas Ekonomi Global

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Anggito Abimanyu menyebutkan ada tiga hal yang bisa mengancam kondisi fiskal Indonesia.

Baca selengkapnya di sini