Gubernur BI Perry Warjiyo. Foto: Tangkapan layar YouTube
Insi Nantika Jelita • 17 July 2025 08:58
Jakarta: Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pihaknya melihat ruang untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan (BI Rate) guna mendorong pertumbuhan kredit dan menopang pemulihan ekonomi nasional. Pada Rapat Dewan Gubernur Juli 2025, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen.
"Ke depan, BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga. Mengenai waktu dan besaran penurunan selanjutnya, akan disesuaikan dengan dinamika ekonomi global dan domestik," kata Perry dalam konferensi pers RDG BI secara daring, dikutip Kamis, 17 Juli 2025.
BI, lanjut Perry, melakukan penguatan strategi operasi moneter pro-market guna makin memperkuat efektivitas transmisi penurunan suku bunga. Pihaknya juga terus memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebagai dorongan nyata bagi perbankan dalam menyalurkan pembiayaan.
Hingga awal Juli 2025, insentif KLM telah mencapai Rp376 triliun bagi bank-bank yang aktif menyalurkan kredit ke sektor prioritas. "Jadi, BI benar-benar all out mendorong pertumbuhan kredit," tegas Perry.
Namun, ia menyoroti masih adanya tantangan dari sisi penawaran. Meskipun tingkat likuiditas perbankan tinggi, ditunjukkan dengan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 27 persen, bank cenderung menempatkan kelebihannya pada instrumen surat berharga, bukan dalam bentuk kredit. Hal ini menunjukkan sikap perbankan yang masih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan.
Dari sisi permintaan, Perry menyebut pemulihan ekonomi belum merata di seluruh sektor. Saat ini, permintaan kredit masih didominasi oleh sektor-sektor berorientasi ekspor. Untuk mendorong pemulihan yang lebih luas, BI berupaya menambah likuiditas di sistem keuangan.
Peningkatan likuiditas ini diharapkan dapat menurunkan suku bunga, tidak hanya suku bunga acuan BI, tetapi juga suku bunga untuk tenor-tenor hingga 12 bulan. Penurunan ini akan mendorong perbankan untuk mengalihkan alokasi dana likuidnya, yang sebelumnya banyak ditempatkan pada surat berharga, ke penyaluran kredit.
"Dan tentu saja ini akan mendorong perbankan menyalurkan kredit kepada dunia usia," imbuh dia.
Baca juga: BI Sunat Suku Bunga BI Rate Lagi Jadi 5,25% |