Zetro Leonardo Purba. Dok: Instagram
Lima: Pemerintah Peru mengatakan, penembakan fatal seorang pejabat Kedutaan Besar Indonesia di Lima pada Senin 1 September 2025 kemungkinan merupakan ‘pembunuhan kontrak’ atau pembunuh bayaran.
Zetro Leonardo Purba seorang staf di Kedutaan Besar Indonesia di Peru, ditembak mati di luar blok apartemennya di lingkungan Lince, Lima, saat bersepeda pulang kerja pada Senin malam.
Rekaman kamera keamanan yang dilihat oleh
The Guardian menunjukkan pembunuh menembak korban dari jarak dekat, lalu langsung di kepala ketika korban jatuh ke tanah sebelum melarikan diri dengan sepeda motor yang menunggu. Rekaman video menunjukkan istri Zetrp berada di sisinya sebelum ia dibawa ke rumah sakit, tempat ia kemudian meninggal dunia.
Kejaksaan dan tim pembunuhan kepolisian sedang menyelidiki kejahatan tersebut. Polisi mengatakan mereka sedang memeriksa rekaman yang menunjukkan sepeda motor dan para tersangka berkeliaran di sekitar kediaman Purba, tampaknya menunggu korban sebelum melakukan kejahatan dan beberapa hari sebelumnya.
Pembunuhan ini telah mengejutkan dan membuat marah rakyat Peru. Meskipun negara ini mengalami peningkatan pemerasan dan pembunuhan kontrak, warga negara asing jarang menjadi sasaran. Lebih dari 1.500 kasus pembunuhan telah tercatat sejauh ini pada tahun 2025, menurut catatan kematian publik Peru, Sinadef, peningkatan lebih dari 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menteri Dalam Negeri, Carlos Malaver menggambarkan insiden itu sebagai pembunuhan kontrak.
"Tidak ada barang yang dicuri darinya, mereka menunggunya dan peluru mengenai kepalanya. Kami tidak mengesampingkan kemungkinan apa pun," kata Malaver pada Selasa saat berpidato di hadapan kongres Peru tentang meningkatnya angka kejahatan.
"Ada tindakan kriminal yang tidak selalu dapat dicegah,” ujar Malaver.
Kementerian Luar Negeri Peru menyampaikan "belasungkawa yang tulus dan kecaman atas tindakan tercela ini". Kementerian menambahkan dalam pernyataannya bahwa Menteri Luar Negeri Peru, Elmer Schialer, pada Senin malam telah mendatangi rumah sakit tempat Purba meninggal dan menawarkan "perlindungan polisi ganda" bagi staf di Kedutaan Besar Indonesia.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, mengonfirmasi di Jakarta bahwa Purba adalah seorang pejabat kanselir di Kedutaan Besar Indonesia di Lima dan telah bekerja di Peru selama lima bulan. Ia menggambarkan korban sebagai "karyawan yang sangat berdedikasi". Purba meninggalkan seorang istri dan tiga anak yang masih kecil.
"Saya menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya," kata Sugiono. Ia menambahkan bahwa ia sedang berkomunikasi dengan Schialer dan telah meminta agar "penyelidikan dilakukan secara menyeluruh, transparan, dan cepat, serta memastikan perlindungan terbaik bagi personel diplomatik dan warga negara Indonesia di Peru".